2019

Kamis, 20 Juni 2019

One Day Workshop Islamic Public Speaking for Kids, Belajar Bertutur Kata Sesuai dengan Tuntunan Islam



“Karena berbicara harus ahsan, sopan dan tentunya jujur, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW”.
Terbiasa dengan kelas Public Speaking for Kids reguler yakni 10 kali pertemuan. Pada 4 Mei 2019, The Jannah Institute (TJI) telah sukses menggelar event One Day Workshop Islamic Public Speaking for Kids. Event yang ber-partner dengan Jember Youth Club ini dilaksanakan di Lippo Plaza Jember.

Kelas kali ini cukup berbeda karena diadakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan serta sebagai kelas preview bagi mereka yang belum pernah mengikuti kelas-kelas di TJI. Selain itu, tentu tujuan awalnya untuk lebih mengenalkan bagaimana sih Islamic public speaking itu sebenarnya.

Islamic Public Speaking hampir sama dengan public speaking pada umumnya. Namun, dalam Islamic public speaking terdapat nilai-nilai Islam yang menjadi salah satu pondasinya. Yaitu berbicara yang tak hanya berani bicara seperti slogan kelas Public Speaking for Kids "Aku Anak Berani", tapi juga harus mengajak pada kebaikan, jujur, dan beretika.





Apa saja yang dipelajari dalam One day Workshop Islamic Public speaking?


Sama seperti kelas reguler, hanya saja dengan versi mini dikarenakan keterbatasan waktu. Berikut ini materi-materi yang disampaikan dengan fun learning dari one day workshop yang diadakan sejak jam 13.00 dan berakhir jam 18.00 ini. 

1. Mengapa harus belajar public speaking?
2. Bagaimana sih cara berbicara yang baik dan benar sesuai dengan Islam?
3. Its Time to Voice Power
4. Profesi dalam Public Speaking
5. How To Be Public Speaker?

Sama seperti kelas-kelas di The Jannah Institute yang lainnya, metode fun learning juga digunakan saat workshop ini. Melalui metode ini peserta lebih mudah menerima informasi yang disampaikan karena disertai dengan contoh dari trainer dan di akhir kegiatan seluruh peserta akan menampilkan beberapa profesi dalam public speaking bersama dengan kelompoknya. Seperti vlogger, ustadz, da’iyah, pendongeng serta reporter.




Workshop ini dibuka dengan sesi perkenalan yang sangat seru, yaitu dengan memperagakan gerakan binatang sesuai dengan yang dipilih masing-masing, dilanjutkan dengan berlatih voice power untuk memaksimalkan kekuatan suara terbaik dari seorang public speaker hingga dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan lainnya.

Selain trainer dan fasilitator utama, Kak Prita HW, workshop ini juga sukses berkat antusias dari kakak-kakak fasilitator atau pendamping kelompok yang berasal dari Jember Youth Club. Jember Youth Club adalah wadah alumni kelas Public Sepaking for Youth TJI. 





Workshop yang bertempat di Atrium Lippo Plaza Jember ini diikuti oleh 32 peserta se-Jember. Meskipun hanya satu hari, tetapi workshop ini mampu membuat para peserta belajar tampil dengan cukup membanggakan dan ditonton oleh para ayah bunda serta seluruh pengunjung Lippo Plaza. 





Bonusnya adalah mendapat respon yang luar biasa dari para bunda-bunda yang terkumpul di Whats App Group. Seperti beberapa bunda berikut ini :

“Terima kasih Kak Prita dan tim. Acaranya edukatif sekali, dan anak saya sangat senang karena ada wadah untuk menyalurkan hobi ngomongnya. Saran ya Kak, waktunya diperpanjang lagi atau diadakan saat liburan sekolah” – Bunda Janeeta.

“Saya kaget kemaren liat putri saya, dia anaknya tertutup kalau di depan umum tapi pas acara kemaren antusias sekali. Ditunggu kegiatan lainnya ya Kak” – Bunda Rayya.

“Kak Prita kalau bisa adain kelas lanjutan ya untuk public speakingnya, biar putra saya bisa belajar lebih lagi” – Bunda Raia.

“Terimakasih, acaranya seru sekali. Anak-anak semangat banget tampil di panggung. Saran ya kak, kalau bisa next event mulai pagi sampai sore” – Bunda Auliya.

"Mas Azzam senang, serruu sekali katanya dapat pengalaman dan teman baru. O iya tambahannya, dapet kue yang enakkk katanya. Kalau Mas Fatih senang karena bisa mendengarkan cerita teman-, teman yang lain. Dan Mas Daris senang karena ada kegiatan positif, daripada nganggur di rumah." - Bunda Daris, Azzam, Fatih.

Selain berpartner dengan Jember Youth Club dan juga Lippo Plaza, workshop ini didukung oleh beberapa partner seperti :

Bee Donuts (Donat Karakter Jember)
Terimakasih untuk snack box yang lucu dan mengenyangkan untuk adek-adek peserta dan panitia


Macarina (Macaroni Nagih)
Terimakasih unuk makaroni renyah sedunia dan kemasan goodie bag yang lucu


Bebek Mbegor  Jember
Terimakasih untuk lunch box dengan menu ayam empuk dan sambel maknyuuus, juga voucher untuk doorprize nya!


Susu HiLo School
Terimakasih untuk susu yang segar diminum kapan aja.


Taman Botani Sukorambi
Terimakasih untuk free pass untuk seluruh panitia dan peserta.


Lapak The Jannah
Terimakasih untuk doorprize pouch lucunya.


Eatnauw
Terimakasih untuk jajanan rambut nenek yang istimews


- The Jannah Institute - 





Selasa, 16 April 2019

Gelar Pelatihan dan Pemberdayaan Perempuan, Alfamart Juga Sosialisasikan Diet Kantong Plastik



Bukan hanya sekali ini saja Alfamart  melakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada para perempuan. Ber-partner dengan The Jannah Institute, acara ini telah sukses digelar untuk kelima kalinya.

Di pelatihan kelima yang diselenggarakan di Grand Cafe, Jalan Jawa Jember ini bisa dikatakan sebagai momen yang cukup spesial. Menurut host yang juga founder The Jannah Institute, Kak Prita HW, spesialnya karena adanya sosialisasi diet kantong plastik dan pelatihan pembuatan puff pastry.


Baca Juga : Pelatihan Pertama - Tiga Perempuan Berbagi di Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Khusus Perempuan Gelaran Alfamart Jember dan The Jannah Institute

Acara yang digelar pada Selasa, 9 April 2019 ini memang menjadi salah satu program pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat atau yang lebih dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility)



Hal ini dituturkan Pak Yosia Andika Pakiding selaku Branch Manager Alfamart Jember dalam keynote speech nya, "Alfamart tak hanya ingin mengurusi soal bisnis dan keuntungan semata, tapi bagaimana memberikan manfaat juga untuk masyarakat luas. Makanya, pelatihan seperti ni sudah rutin kami adakan bekerjasama dengan The Jannah Institute", ujarnya. 

Pelatihan Pembuatan Puff Pastry


Puff pastry merupakan salah satu dari sekian banyak jenis kue yang biasa tersaji di acara-acara penting atau momen-momen yang cukup spesial. Sensasi crunchy dari puff pastry yang dipadu dengan berbagai macam topping menjadikan puff pastry memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu, bentuk dari puff pastry ternyata juga bisa dikreasikan menurut selera masing-masing.


Misalnya seperti sekarang ini, setelah dilakukan demo tentang bahan-bahan dan pembuatan adonan puff pastry, setiap peserta diberikan satu adonan puff pastry yang bisa dibentuk sesuai dengan kreasi masing-masing. Selain itu, isian atau filling dari puff pastry juga beraneka ragam. Bisa diisi dengan cokelat, kacang, keju, serta fla susu yang dikombinasikan dengan topping buah.


Baca Juga : Pelatihan Kedua - Gelaran Kedua Alfamart Jember x The Jannah Institute, Eh Ada Alfamind!

Pelatihan ini mendatangkan pemateri yang sudah tidak diragukan lagi keahliannya di bidang kuliner terutama baking, yaitu Moms Indah Setyorini atau yang akrab disapa dengan Mbak atau Bu Indah. Sst, Moms Indah ini juga salah satu alumni Public Speaking for Moms nya The Jannah Institute loh. Selain sudah terkenal dalam bidangnya, Bu Indah ini juga owner dari Kinarya Cake dan Bedhag Coffee. 



Kinarya Cake adalah pensuplai bahan setengah jadi untuk menu dessert beberapa cafe terkenal di Jember. Dan, Bedhag Coffee yang dijalankan bersama suaminya merupakan salah satu UMKM yang melestarikan kopi lokal Jember dengan kualitas yang tidak kalah dengan kopi-kopi lainnya.

Pelatihan ini dipilih bukan karena proses pembuatannya saja yang terbilang mudah. Namun, pelatihan ini diharapkan  mampu memberikan motivasi kepada peserta untuk berwirausaha mandiri di bidang kuliner. Apalagi dalam waktu dekat ini akan ada bulan Ramadhan dan selanjutnya momen Idul Fitri, sehingga bisa menjadi langkah awal untuk memulai bisnis di bidang kuliner.


Selain acara pelatihan pembuatan puff pastry, Alfamart juga melakukan sosialisasi mengenai Diet Kantong Plastik.

Yuk Diet Kantong Plastik Dari Sekarang

Sampah merupakan permasalahan yang seakan-akan tidak pernah kunjung selesai. Sampah seringkali menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan, terutama sampah plastik yang sulit sekali untuk diuraikan.


Di Indonesia sendiri, hampir 9,8 miliar sampah plastik yang terkumpul setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya penggunaan sampah plastik tiap orangnya. Diperkirakan setiap orang mampu menyumbangkan 700 lembar kantong plastik dalam satu tahun. Bayangkan saja berapa banyak jumlah penduduk Indonesia saat ini. Jika dibiarkan, lama kelamaan Indonesia mampu memunculkan gunung-gunung sampah plastik di tiap wilayahnya. Selain itu, sampah plastik merupakan penyumbang nomor dua limbah yang mengalir ke laut.

Lalu, mengapa plastik masih digunakan?

Kemasan plastik sangat akrab dengan masyarakat, mulai dari kemasan makanan, minuman, alat-alat mandi dan kantong belanja pun sudah menggunakan kemasan berbahan plastik. Kemasan praktis memberikan kesan yang praktis dan murah. Namun, yang tidak pernah terpikirkan bahwa sampah plastik sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Plastik memiliki sifat yang tidak mudah terurai, butuh waktu beratus-ratus tahun bahkan hingga ribuan tahun untuk menjadikan plastik tersebut benar-benar hancur. Sedangkan yang kita ketahui, sampah plastik tiap harinya semakin bertambah jumlahnya.

Dampak yang sudah terlihat di wilayah perairan laut adalah banyaknya hewan laut yang ditemukan mati akibat dari sampah plastik. Misalnya akhir tahun 2018 kemarin, tepat 19 November, ditemukan seekor paus yang mati di wilayah Pantai Wakatobi. Itu akibat dari hampir 50% sampah plastik yang memenuhi perutnya, dan sampah tersebut tidak bisa dicerna. Tidak hanya di Wakatobi, pada 9 Desember, juga ditemukan penyu yang mati di Perairan Kulon Progo dengan kasus yang sama seperti di Pantai Wakatobi.

Bukannya plastik bisa didaur ulang?

Sampah plastik memang dapat didaur ulang oleh karena itu, banyak yang menganggap remeh kasus ini. Namun faktanya tidak demikian. Menurut data lembaga Sustainable Waste Indonesia tahun 2018, berat sampah di Indonesia mencapai 4.000 ton per hari. Jika jumlah tersebut dikategorikan menjadi 100% sampah yang dihasilkan perharinya. Berapakah yang bisa di daur ulang?



Hanya 7% sampah plastik yang bisa didaur ulang.

Selebihnya kemana? 69% langsung berakhir di tempat pembuangan akhir dan 24% sisanya masih mencemari lingkungan.

Mungkin bisa dibayangkan, akan seperti apa Indonesia jika hal ini dibiarkan terus menerus.

Sampah yang didaur ulang pun biasanya memiliki kategori tertentu. Sedangkan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang biasanya langsung dijual kepada pemasok dengan harga yang sangat rendah. Harga sampah plastik biasanya diantara Rp.100-Rp.2.200 setiap kilogramnya.

Bahkan Enri Damanhuri, peneliti lingkungan dari ITB mengatakan selama sampah dipandang kurang memiliki nilai, maka sampah-sampah tersebut tidak akan didaur ulang dan dibiarkan begitu saja.

Jika sudah demikian, apakah cukup hanya dengan peran dari komunitas dan juga pemerintah? Tentu saja tidak.

Permasalahan sampah bukan sekedar tanggungjawab pihak tertentu, namun seluruh elemen dalam sebuah negara. Baik itu dari pemerintah yang membuat kebijakan, perusahaan yang juga membutuhkan keuntungan dan warga negara secara keseluruhan sebagai pelaku atau pelaksana kebijakan. Semua elemen saling bersinergi, berkaitan dan tidak bisa dilepaskan.

Pemerintah berkewajiban membuat kebijakan yang mengatur tentang penggunaan sampah plastik, cara penanganan serta benar-benar menerapkan kebijakan yang telah dibuat. Tidak memilih pihak tertentu sebagai objek kebijakan dan konsisten dalam menerapkan kebijakan. Jika pemerintah sudah tegas dengan kebijakannya, otomatis elemen negara yang lainnya juga akan mengikuti.

Namun, apa yang terjadi sekarang? Permasalahan sampah yang semakin menumpuk tetapi belum ada kebijakan secara nasional yang mengatur tentang hal itu. Bahkan dari komunitaslah yang banyak memberikan edukasi akan bahaya sampah. Tidak sekedar komunitas saja, bahkan Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO) mulai mengambil langkah untuk mengurangi volume sampah plastik. Yaitu dengan memberlakukan aturan kantong plastik tidak gratis (KPTG). 

Kebijakan kantong plastik tidak gratis (KPTG) ini diberlakukan mulai tanggal 1 Maret 2019 di seluruh toko jaringan Alfamart. Kebijakan KPTG bukanlah semata-mata program Alfamart untuk memperoleh keuntungan. 


Hal ini juga dijelaskan oleh Bapak M. Faruq Asrori selaku Corporate Communication Regional Manager, “Alfamart bersama APRINDO kembali berkomitmen untuk menerapkan program Kantong Plastik Tidak Gratis di seluruh jaringan toko pada 1 Maret 2019, untuk mengurangi jumlah sampah plastic yang beredar”, ungkapnya. 

Alfamart mengenakan harga Rp.200 per kantong plastik. Selain itu, Alfamart juga menawarkan kantong belanja kain yang bisa dipakai secara berulang dan tentunya juga ramah lingkungan. Tujuannya bukan sebagai tambahan keuntungan bagi Alfamart. Melainkan sebagai motivasi kepada masyrakat untuk mulai mengurangi konsumsi kantong plastik.

Selain dari pemerintah dan pengusaha, peran masyarakat pun tidak kalah penting dalam hal pengurangan volume sampah ini. Diharapkan masyarakat mampu menerapkan program 4 R, yaitu :
  • Reuse, menggunakan kembali kantong belanja plastic yang masih bisa digunakan
  • Reduce dan Refuse, mengurangi bahkan menolak penggunaan kantong plastik selama masih bisa
  • Recycle, mendaur ulang dan memiliah plastik-plastik bekas
  • Rethink, berpikir kembali sebelum menggunakan kantong plastik
Dengan adanya program sosialisai mengenai Kantong Plastik Tidak Gratis ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya sampah plastik dan upaya pengurangan volume sampah plastik. Serta melalui program ini, Alfamart mampu menjadi salah satu perusahaan go green, yang peduli akan lingkungan sekitar. Serta menjadi perusahaan yang tidak hanya mementingkan keuntungan semata. Namun juga harmonisasi dengan masyarakat dan lingkungan.

Jadilah Agen Perubahan. Kurangi Konsumsi Plastik. Meski Sedikit, Setidaknya Bisa Mambantu Menjaga Kelestarian Lingkungan Bagi Generasi Selanjutnya. 

Semangat Memberdayakan Pengusaha Toko Kelontong 

Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 dan diakhiri dengan makan siang ini, menghadirkan Pak Taufik Hidayanto sebagai Store Sales Point Manager. 


Pak Taufik sendiri sudah sering berbagi di event Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Khusus Perempuan sebelumnya. Penasaran apa program dari SSP untuk memfasilitasi para pengusaha toko kelontong, mulai dari bentuk rombong atau outlet ataupun warung? Langsung saja meluncur ke 
Pelatihan Ketiga - Gelaran Ketiga Alfamart Jember x The Jannah Institute Memperkenalkan Apa Itu Store Sales Point 

Setelah sesi Pak Taufik, makan siang sudah menunggu. Menu yang disajikan sungguh membuat perut tak sabar untuk segera melahapnya. Ada nasi goreng, sop buntut, nasi ayam kremes, kwetiauw goreng, dan juga sajian minuman es teh. 


Tak lupa dibagi pula doorprize untuk para peserta yang berhasil menjawab pertanyaan ala kuis dari Bu Ame, corporate communication Alfamart. Juga ada fasilitas kartu member Alfamart free khusus buat yang belum terdaftar sebagai member.  

Baca Juga : Pelatihan Keempat - Seru-Seruan bareng Alfamart dan The Jannah Institute di Rollas Cafe Jember

30 peserta yang hadir hari itu pun pulang dengan senyum mengembang sambil membawa goodie bag di tangannya, oleh-oleh kecil dari Alfamart. Terimakasih Alfamart!



Penulis - Siska Rofita
Editor - Prita HW

Semua Foto Dok. Pribadi The Jannah Institute

- Wassalam, TJI - 

Kamis, 14 Februari 2019

TJI Sharing Session with Kak Miyosi Ariefiansyah




Menulis bagi banyak orang bisa jadi pekerjaan yang susah susah gampang atau sebaliknya, gampang gampang susah. Jannati termasuk yang mana nih? Tapi, ga perlu kuatir, buat yang belum bergabung dengan The Jannah Institute (TJI) Community di grup Whats App, TJI akan feature artikel review yang terpilih sebagai best post di tiap sesinya. 

Nah, untuk sesi pertama #TJIsharingsession yang diadakan setiap Rabu malam dengan rentang waktu dua minggu sekali ini bertemakan : Bagaimana Menulis untuk Pemula. Tips-tips apa saja yang dibagikan oleh Kak Miyosi yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan. Simak nih profil singkatnya ya.

Kak Miyosi mulai masuk di dunia menulis tahun 2009 setelah menikah, saat merantau ke Bekasi. Memiliki hobi membaca dan menulis sejak TK, tapi nggak pernah membayangkan akan menjadi penulis. Mengapa?, karena zaman dulu profesi sebagai penulis dipandang sebelah mata bahkan sering dianggap sebagai orang yang nggak punya kerjaan.

Kak Miyosi memulai karier menulis dengan menjadi penulis konten, lanjut penulis buku dengan ikut agen naskah serta mandiri menawarkan diri ke penerbit, sempat merasakan jadi editor lepas di Erlangga - Agromedia - Salemba - Bhuana Ilmu Populer, jadi  penulis khusus akuntansi di kantor akuntan publik di T.B. Simatupang Jakarta, jadi redaktur di agen naskah, dan ghost writer.

Udah kebayangkan gimana jauhnya Kak Miyosi "bermain" di dunia tulis menulis??? 

Selangkapnya baca di blog Siska Rofita

- Wassalam, TJI - 

Review Buku Read Signs, Read Us : Membaca Tanda-tanda, Membaca Kita bareng Prita HW






Review Buku Read Signs, Read Us : Membaca Tanda-tanda, Membaca Kita - Di kesempatan #TJIBookReview setiap hari Kamis di WAG TJI Community, kali ini Kak Prita HW sebagai penulisnya berkesempatan untuk mengulas langsung buku solo catatan perjalanannya ke Singapura pada 2016 yang lalu. Seperti apa? Yuk, kita simak, jannati.

Awal mulanya, Kak Prita bercerita bahwa menulis buku ini sebenarnya karena mendapat beasiswa menulis dari Kemdikbud di 2016. Difasilitasi oleh Gol A Gong dkk dari Rumah Dunia, Serang, Banten yang tergabung dalam Masyarakat belajar Foundation. Waktu itu Kak Prita sebagai Pengurus Forum Taman Baca Masyarakat Jabar ceritanya, berangkat bersamaan dengan 99 warga belajar TBM se-Jabar.. 

"Aslinya, saya tuh gantiin orang in last minute, karena paspornya ga jadi. Jadi rejeki nomplok sehabis operasi laparatomi (hamil diluar kandungan) saat di Bekasi. Awalnya sempet mbatin, paspor yg saya buat 2013, baru pernah ke Thailand sekali karena dapetin reward kantor pas kerja di advertising, masa sih sampe expired 2018 lalu, ke luar negerinya cuma satu kali?," begitu curhat Kak Prita. 

"Nggak taunya Allah menjawab doa saya, padahal hanya bergumam. Masyaa Allah ❤", tambahnya. 

Sempat mengira kalau kompensasi dari beasiswa itu adalah menulis artikel yang bakal dibukukan bareng-bareng alias antologi, nggak tahunya 1 buku per orang! Dan Kak Prita baru tahunya pas tanda tangan kontrak di Banten. Kalau sampai pulang dari Singapura dan buku tersebut nggak jadi terbit, wajib mengembalikan dana Rp. 8 juta. Wow!.

"Saya termasuk orang yang berani ambil resiko. Saya pikir ini adalah kesempatan untuk kasih tantangan ke diri sendiri," ungkap Kak Prita lagi. 

***

"Menulislah dari jiwamu yang luka, dari jarimu yang kaku. Tapi pikiran dan perasaanmu kau bebaskan kemana pergi. Penulis yang baik tak akan pernah berhenti berkarya, sepanjang batin dan nurani haus akan kata-kata" - Rahmat Heldy Hs, sastrawan Ind

Quote itu dipilih sebagai pembuka buku, dilanjut dengan puisi yang dirancang khusus oleh salah seorang relawan Rumba HOS Tjokroaminoto Bekasi dimana Kak Prita menjadi direkturnya kala itu.

Sebelum ke poin Read Signs Read Us, Kak Prita bercerita bahwa awal banget menginjakkan kaki di Changi Airport, langsung teringat wejangan tentang  negeri 1000 peraturan ini. Makanya, angle penulisan yang diambil adalah membaca tanda-tanda, karena rn semua orang mesti punya tingkat literasi tinggi buat bisa hidup disana.

"Yang saya rasain saat awal di bandara, hening dan rapiii. Nggak ada riuh kayak suara dengungan nyamuk kayak disini. Orang lebih suka menyendiri, nggak berkelompok. Dan semua based machine. Mau alat pijet, beli minum, internet dsb," ceritanya lagi.

Dan, ada cerita menarik saat di bandara. Kak Prita yang sekelompok terdiri dari 10 orang, menemukan fakta ada 1 orang yang diinterogasi di Imigrasi lkarena namanya yang islami. FYI, polisi jaringan internasional saling terhubung mencurigai nama-nama yang terlalu islami sebagai kemungkinan teroris. Heleh-heleh, bisa-bisa aja kan! 

"Lepas dari imigrasi itu, 9 orang lainnya, dari bandara, naik MRT dengan membeli tiket yang bisa dipakai all in one bersama busway. Sistemnya deposit yang nanti akan dikembalikan saat kita menukarkan kartu. Kesan menaiki MRT pertama, mirip commuter, cuma antrinya beda banget, berjejer macem antrian di McD. Terus pas di dalam MRT, duinginnn, dan wuzz cepettt. Malam itu, melewati 10 stasiun cuma dengan 15 menit. Luar biasa." ungkap Kak Prita lagi.

Malam itu langsung menuju Merlion. Sebelum ke hotel. Kak Prita yang baru bed rest sebulan pasca operasi, harus berjuang membopong backpack dan kamera DSLR suami yang terasa berat dikalungkan di leher (itu pun mesti mengingat teori fotografinya yang sempat dipelajari privat semalam sebelum keberangkatan). Hmm..

"Saya nggak ikutin ritme guide kelompok. Milih slow travel, saya ngumpulin street photography (karena ter-influence buku puisi A2DC nya Aan Mansur). Jadi deh kesasar. Keasikan motoin jalanan, orang-orang, pengamen, dll. Untung ketemu temen yang juga fotografer. Kami cari bareng itu Merlion." Kak Prita menjelaskan kisahnya lagi.

Siapa sangka Kak Prita merasa tertipu dengan gembar gembor Merlion. "Canggih banget bahasa promo Kemenparnya Singapura. Orang patung Singa kayak di depan gang-gang jalan di Indonesia, bisa jadi simbol mendunia. Melongo saya, asli. Dan mengutuk diri sendiri, damn for my Indonesia, banyak yang bisa dijual, tapi nggak se-spektakuler caranya Singapore."

Kak Prita di saat yang sama juga ketemu bule yang lagi bawa kamera juga. Si bule pun bertanya, "How do you think about Merlion? They promoted a lot ya?" . Ternyata bule itu juga merasakan nasib dan perasaan yang sama dengan Kak Prita.

Walhasil, malam itu Kak Prita melongo sambil memandangi sungai buatan di depan mata. Sambil melihat kerlap kerlip lampu Marina Bay. Macam taman kota lah kalau di Indonesia.

"Dari sana, saya ngamatin banyak pengamen yang semangat menghibur meski mereka di usia senja. Pake biola rata-rata. Yang naroh kotak koper gitu di depannya. Then, merhatiin waiters resto yang sumringah nawarin kita-kita makanan pake bahasa melayu. Tapi ga terpengaruh lah ya, kan pengen hemat," cerita Kak Prita.

Malam itu, ternyata Kak Prita juga mesti mengalami drama tersesat salam pencarian hotel karena guide kelompok tak bisa dihubungi. Waduh. Untung, tersesatnay akhirnya ke hotel temen sendiri. Dan, ternyata memang campur, antara laki-laki dan perempuan. 

First time, tidur di hostel ala backpacker yang area tidurnya cuma sekasur single, atasnya sudah orang lain. Macem tempat tidur asrama. Untung saat itu yang berada di atas bukanlah bule. AC nya dingin, wifi-nya kuenceng. Tapi terasa kaku karena memang tidak ada sekat antara laki-laki dan perempuan. 

Perjalanan berikutnya mengantarkan Kak Prita ke Little India, Kampung Bugis, Clementi, dan Sentosa. Minus China Town yang tak sempat explore selain  membeli oleh-oleh. Lebih detilnya, jannati bisa membaca bukunya langsung ya, hehe.

***

Buku ini juga menceritakan pengalaman paling berkesan dari seorang Kak Prita adalah saat berkunjung ke NLB (National Library Board). pengalaman lengkapnya diceritakan detil di buku ini.

Akhir dari Read Signs, Read Us

Pada akhirnya, Kak Prita memberikan kesimpulan tentang maksud dari membaca tanda-tanda, membaca kita, seperti di bawah ini :

Kelebihan Singapore :

  • Efektif & Integratif
  • Nggak ada polisi, all CCTV. Tiba-tiba saat salah, polisinya muncul begitu saja. 
  • Good marketing
Kekurangan Singapore :

  • Kerja sampai tua
  • Flat city
  • Apa-apa mahal
Sedangkan di Indonesia, plusnya :

Multikultur = lebih kaya
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Lebih bebas dalam hal peraturan seperti merokok, makan, minum, dsb

Minusnya :

  • Sombong karena banyak SDA, padahal banyak dikelola asing aseng, sampai nggak bisa menikmati sendiri
  • Aturan dibuat untuk dilanggar
  • Bad marketing

Kesimpulan dari Kak Prita kira-kira begini : "That's why hidup disana itu mesti harus selalu baca tanda-tanda, kalau nggak, bisa kena denda selangit. Apalagi orang Indonesia yang sukanya slebor atau terserah gue. Hm, cuma orang-orang Singapore itu memang ketakutan atau merasa "dikebiri" sama peraturan pemerintahnya. Mrk jadi apatis sama keputusan-keputusan pemerintah dan cenderung menerima daripada berurusan panjang."

Nah, itu tadi jannati review buku yang langsung dibawakan oleh penulisnya. Seru banget kan? Untuk bukunya, karena sudah tidak dicetak lagi, tunggu edisi baru dari Kak Prita ya, yang kabarnya ingin menerbitkan ulang dalam konsep baru. Yey, ditunggu!


- The Jannah Institute - 


Rabu, 16 Januari 2019

Ibu Rumah Tangga, Ibu Bekerja, dan Mompreneur Belajar Public Speaking, Seperti Apa?


Ibu rumah tangga, ibu bekerja, dan mompreneur belajar public speaking, mungkin banyak orang yang kemudian memicingkan mata. Buat apa sih ibu-ibu belajar public speaking? Apakah ada dari jannati yang berpendapat semacam itu?

Ga salah juga sih, memang ibu-ibu identik dengan memasak, mengurus anak, dan segala printilan rumah tangga yang sering dikira banyak orang berkutat pada "itu-itu saja". Hm, jangan salah, itu-itu sajanya itu memang lebih dari itu 😋 Urusan jadi bendahara rumah tangga, jadi ahli gizi, jadi koki terbaik, jadi psikolog handal, sampai orator ulung adalah serangkaian profesi yang melekat dengan skill khusus yang mestinya dimiliki seorang ibu.

Tak peduli apakah si ibu pure ibu rumah tangga, ibu yang ikut mambantu penghasilan rumah tangga dengan bekerja, ataupun seorang mompreneur yang bekerja dari rumah.

Public speaking sangat perlu dimiliki seorang ibu karena fungsi berbicara yang tak sekedar bicara. Apalagi emak-emak juga sering dituduh tempatnya bergosip ya. Ampun dah 😅 Tahu ga, kalau talking berbeda dengan speaking. Talking adalah berbicara secara bahasa, seperti bayi yang sudha bisa mengeluarkan beragam suara. Sedangkan speaking adalah seni berbicara. Sebenarnya, berbicara dengan seseorang saja atau sering disebut empat mata, sudah termasuk dalam kategori public speaking. 
Lalu, bagaimana fungsi public speaking ini bisa berpengaruh dalam seni berbicara pada anak, suami, klien, customer, hingga publik?
Nah, inilah yang dipelajari dalam 2 days workshop Public Speaking for Moms The Jannah Institute yang berbasis di Jember, Jawa Timur. 

Public Speaking for Moms pertama kali diadakan pada Mei 2018, diikuti oleh sekitar 15 orang moms yang sangat bersemangat mengikuti proses 2 hari dalam sikon puasa Ramadhan, dan bertempat outdoor di Kampoeng Baca, Jalan Nusan Indah VI/7 Jember. Luar biasa!

Beragam latar ikut mewarnai Public Speaking for Moms batch 1, mulai dari mompreneur yang mendukung suaminya berbisnis kopi, mompreneur yang berbisnis minuman susu, donat waluh, sampai seorang PNS, guru, pengusaha kafe, seorang leader di sebuah perusahaan distribusi, pengusaha wedding souvenir, karyawan swasta, semua melebur jadi satu.

Bangga dan haru rasanya bisa menjadi wadah berkumpul ibu-ibu hebat. Suasana kekeluargaan pun langsung menyeruak, belajar seni berbicara pun mendadak menjadi lebih bersemangat.




Respon yang positif itu pun akhirnya membuat banyak ibu dan perempuan di Jember lainnya penasaran dan menunggu-nunggu jadwal workshop selanjutnya.

Akhirnya, The Jannah Institute kembali menggelar 2 days workshop Public Speaking for Moms pada November 2018. Cukup lama, karena schedule TJI yang sangat padat untuk kelas-kelas lainnya. Tapi, selepas ini, semoga bisa rutin setiap 3 bulan sekali minimal ya, jannati. Aamin.

Berbeda dengan sebelumnya, batch 2 dibatasi hanya sampai 10 orang saja. Dan ternyata, 7 orang yang ditekdirkan Allah untuk ikut menimba ilmu. Dilaksanakan di NOG Resto, Perumahan Gunung Batu Permai, batch 2 yang diikuti oleh dosen, da'iyah, ibu rumah tangga yang sekaligus penyuluh Posyandu, ibu rumah tangga yang sekaligus menjadi pendamping suaminya kala bertugas sebagai polisi, PNS, guru, dan pengusaha home decoration ini juga tak kalah berkesan.





Alhamdulillah, 2 days workshop Public Speaking for Moms berlangsung lancar dan berkesan as always 😍 . . 3-4 Nov, 7 org terpilih dr rencana 10 seat, yg ditakdirkan Allah utk menambah ilmu yg harapannya long lasting diaplikasikan kpn saja. Baik itu oleh yg ibu rmh tangga, mompreneur, da'iyah, dosen, guru, sesuai ragam profesi bunda2 kece yg kemaren hadir. . . Sesi hari pertama mengupas urgensi public speaking for moms berlangsung seru krn ada sesi mengingat pengalaman public speaking yg memorable, sesi mengeluarkan ketakutan yg dihadapi saat public speaking dan menghancurkannya bersama2, jg sesi selftalk positif ttg goals pasca workshop 😎 . . Hari kedua ga kalah seru. Ada sesi roleplay battle utk pemanasan special perform. Dan setelahnya ada nobar utk review video masing2. Seruu dan ga berasa. Mau tahu testimoni para moms yg diibaratkan dgn buah utk menggambarkan perasaan ikut 2 days workshop ini? Stay tune terus di TJI ya, jannati♡ . #publicspeakingjember #wearepublicspeaker #publicspeakingformoms #publicspeakerjember #perempuanjember #kelaspublicspeaking #vibrantmethods #appreciativelearning #thejannahinstitute
A post shared by The Jannah Institute (@thejannah.ins) on

Apa Saja yang Dipelajari di Public Speaking for Moms?

Di hari pertama, moms akan diajak untuk menelusuri plusnya diri sendiri lewat pengalaman paling berkesan selama hidup dalam melakukan seni berbicara, appaun itu. Serunya, itu semua disampaikan lewat gambar bebas ala ilustrasi komik.

Setelah unforgettable moment itu terungkap, langkah selanjutnya adalah mengungkapkan ketakutan-ketakutan yang masih mungkin dialami saat berbicara di depan umum. Ini berguna sebagai detoks. Seperti apa keseruannya? Hm, jannati harus menyaksikannya sendiri sih 😊

Setelah itu, bersama-sama seluruh peserta, selftalk sebagai komitmen dan latihan mensugesti diri dengan sesuatu yang positif pun dilakukan.

Di hari pertama itu, urgensi public speaking bagi seorang ibu dibahas tuntas, termasuk tips-tips powerfull public speaking. Di akhir sesi hari pertama, akan ada roleplay berkelompok dengan case yang berbeda-beda. Ada yang bagaimana memimpin rapat sebagai mompreneur, ada yang sedang berkomunikasi dengan anak, dan sebagainya.

Apakah hari kedua bertambah seru?

Pastinya! Sebab di hari kedua ini, masing-masing moms akan diberikan waktu untuk final perform, menampilkan apapun seni berbicara yang akan moms praktekkan. Kalau di batch 1 banyak yang berkisah soal hijrah, bisnis, dan bahkan semi curcol, di batch 2, tiap orang mengeksplorasi diri dengan menjadi sesuai profesinya. Ada yang penyuluh, ada yang sedang memberikan tausiyah, memberikan sambutan saat acara kantor, sampai berbagi tips tutorial tentang hobi dan komunitasnya. Seru!

Ada sesi untuk review dengan menonton bersama video rekaman saat final perform. Sebagai bonus, Kak Prita HW sebagai mentor memberikan bocoran tentang tipe-tipe karakter orang yang dihadapi dalam keseharian dan bagaimana menarik perhatian karakter yang berbeda itu.

Batch 3 nya kapan nih?

Info serunya di poster ya moms. Hubungi CP untuk booking seat nya. Jangan sampai ketinggalan. Ibu-ibu belajar pubblic speaking, kenapa ga? 😍




- Wassalam, TJI -



Senin, 14 Januari 2019

Public Speaking for Youth The Jannah Institute Jember, Mewadahi Energi Kaum Muda


Public Speaking for Youth adalah salah satu program kelas yang dimiliki The Jannah Institute (TJI) untuk mewadahi kaum muda yang bergejolak. Energinya yang luar biasa tentu akan menjadi potential lost bila tidak bisa disalurkan dengan positif, bermanfaat, dan berkah tentunya. Kelas kali ini memang dikhususkan untuk pelajar dan mahasiswa Jember dan sekitarnya yang tertarik belajar lebih jauh tentang ilmu berbicara di depan umum atau ber-public speaking ria. 

Setelah sukses mengadakan batch 1 yang diikuti 9 orang pelajar dan mahasiswa. Public Speaking for Youth batch 2 diikuti oleh 7 orang yang juga dari kalangan tak jauh berbeda. Mulai dari pelajar SMP, SMA, hingga mahasiswa.




Sengaja, materi-materi Public Speaking for Youth dikemas tidak dalam sekali one day atau two day workshop, tetapi dalam konsep kelas yang terdiri dari 5 pertemuan. Jika batch 1 berdasarkan kesepakatan untuk menentukan jadwalnya, di batch 2 lebih ketat dengan menentukan waktu setiap Sabtu pagi setiap pekannya. Dan, alhamdulillah cara ini lebih efektif. Peserta belajar mengaku ketagihan dan dalam posisi on fire untuk mengaplikasikan ilmunya.

Masih sama mbak. Dari pertemuan 1 dan 2, tetep nagih dan nagih. - Amelinda, mahasiswa FEB Unej, peserta belajar Public Speaking for Youth batch 2

Apa Saja yang Dipelajari di 5 Pertemuan?

Sesuai dengan ruh pembelajaran di TJI yang mengedepankan appreciative learning dalam tiap prosesnya, kelas-kelas fleksibel dilakukan di indoor maupun outdoor yang ditentukan bersama. Saya sendiri sebagai mentor juga berusaha untuk mengajak temen-temen peserta belajar untuk terlibat menentukan keputusan terbaik untuk mereka, sekaligus memastikan kenyamanan.

Pertemuan 1 membahas tentang The Purpose of Public Speaking for Youth alias apa sih urgensi kaum muda belajar public speaking. Di pertemuan 1 ini semacam pondasi dari pertemuan-pertemuan selanjutnya. Peserta belajar akan diajak untuk menggali pengalaman paling berkesan saat tampil berbicara di depan umum sepanjang hidupnya, kemudian mengeluarkan ketakutan yang dihadapi saat berbicara di depan umum, sekaligus diajarkan metode selftalk sebagai bentuk "doktrin" positif pada diri sendiri.




Pertemuan 2 biasanya memilih tempat outdoor karena semuanya diajak untuk melatih Voice Power & Intonation dengan mencoba nada suara rendah, sedang, dan tinggi. Kekuatan suara ini penting untuk memaksimalkan kekuatan terbaik dari tiap individu yang kadang kurang terasah. Selain itu, suara yang mumpuni juga akan memberikan efek pada rasa percaya diri ketika tampil.



Sementara di pertemuan 3 agak sedikit berbeda antara batch 1 dan batch 2. Jika batch 1 menghadirkan Mas Nizar selaku announcer RRI Pro 2 Jember yang memiliki sifat introvert pada awalnya beserta bocoran-bocoran latihan pernafasan dan hikmah dari pengalamannya, di batch 2, saya mencoba mengajak peserta belajar lebih lepas berekspresi lewat Public Speaking for Marketing Skill.

Saya ajak mereka untuk pitching atau semacam prospek kalau dalam bahasa marketing, yaitu berkomunikasi dengan tujuan mempengaruhi orang lain. Ini biasanya dipakai untuk memasarkan suatu produk ataupun jasa kepada masyarakat secara face to face secara langsung. Kami berkumpul di hari Ahad pagi di CFD Jember.


Di batch 2, ini adalah pengalaman yang paling seru dan masih mau diulang lagi, begitu kata mereka. Saat itu, mereka belajar bagaimana memperkenalkan diri, presentasi, hingga closing sesuai dengan tujuannya. Ada yang membawa produk sendiri seperti masker, kaldu non MSG, dan sisanya juga memperkenalkan TJI kepada khalayak Jember. Hasilnya luar biasa, ada yang diterima, ditolak, berelasi untuk dihubungi lebih lanjut terkait pemasaran program di kantor si customer, dan sebagainya.

Pertemuan ke 4, barulah saya ajak untuk mengenal ragam profesi public speaker, salah satunya adalah announcer. Jadilah, hari itu, saya yang sejak Maret 2017 dipercaya mengampu program Literacy on Friday di Pro 2 Morning Show mengajak temen-temen untuk on air dan meet the announcer. Siapakah dia? Iyap, Mas md_putrawijaya yang selain music director juga dikenal sebagai MC dan moderator. Fresh lah hari itu, karena banyak yang pengalaman pertama memasuki studio 😆

Kalau di batch 1, saya mengajak temen-temen berkunjung ke Texas English Course dan bertemu serta mengambil insight dari Mom Luci selaku owner Texas tentang Public Speaking in English khususnya untuk perkenalan diri. Karena dirasa di batch 2 ingin fokus untuk di Bahasa Indonesia, maka di batch 2 langsung praktek on air. 

Pertemuan terakhir, ini nih yang paling seru dan sukses bikin deg-degan. Mereka harus tampil final perform di sebuah event kopdar The Jannah Institute (TJI) Community. Ada yang bertugas sebagai MC, moderator, dan fasilitator yang meng-handle jalannya ice breaking dan barter buku.

Batch 1 bertemakan Writerpreneur menghadirkan saya sendiri dan video conference dengan penulis asal Malang, Miyosi Ariefiansyah yang juga partner saya menulis sejak 2010.

Batch 2 sedikit berbeda, TJI menghadirkan topik ngobrol seru menyoal Generasi X, Y, dan Z yang masing-masing ada perwakilannya. O iya, ada Nadia dan Novi yang masih uduk di bangku SMA dan SMP yang memulai debut menjadi narasumber alias public speaker utamanya langsung 😍

Alhamdulillah, baik kopdar pertama dan kedua berlangsung lancar dan semua peserta belajar sukses tampil memukau.



"Jangan lelah untuk terus menyampaikan yang benar secara konten, dan juga disampaikan dengan cara yang baik. Semoga ilmunya bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari sampai jangka panjang", itu pesan saya di saat menyerahkan sertifikat sebagai tanda kelulusan semua peserta belajar.

Tertarik untuk Ikut Kelas Public Speaking for Youth Berikutnya?

Ada upaya untuk hasil yang terus diusahakan. Pun public speaking, bukanlah hal instan yang bisa dipelajari dalam semalam, sehari, atau dua hari. Ia membutuhkan pengulangan atau repetisi yang konsisten.

Karena itu, The Jannah Institute (TJI) mengemasnya dalam 5 pertemuan yang fun dan hidup, juga penuh dengan praktek yang menantang. Semua itu cuma dengan investasi Rp. 250.000. Apalah arti investasi kecil ini dengan pengalaman yang akan temen-temen dapatkan. Mari belajar dan berkolaborasi!

Hubungi :
Siska - Marketing & Customer Relation
081803661751



- Wassalam, TJI -