September 2022

Sabtu, 10 September 2022

REVIEW: MEMBASUH LUKA PENGASUHAN DENGAN JALAN TAZKIYATUN NAFS


 

TJI Book Review oleh Kak lala

Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Jikapun ada sebutan toxic parent, insyaAllah itu tidak mewakili keseluruhan orang tua. Namun terkadang perbedaan cara pengasuhan masing-masing orang tua meninggalkan kesan yang berbeda pula pada anak-anaknya ketika dewasa.



Buku Seri Kedua

Buku yang direview oleh kak lala, salah satu anggota komunitas TJI ini, berjudul MEMBASUH LUKA PENGASUHAN DENGAN JALAN TAZKIYATUN NAFS yang ditulis oleh Ulum A Saif. Perlu teman-teman ketahui bahwa ini adalah buku seri kedua setelah buku MEMBASUH LUKA PENGASUHAN, di mana buku pertama ini ditulis menggunakan sudut pandang psikologi dengan pendekatan DEPTH (Deep Psych With Tapping Technique). Nah, dalam buku kedua yang direview kali ini menggunakan sudut pandang qur’ani dengan pendekatan tazkiyatun nafs.

Luka Pengasuhan

Apa itu luka pengasuhan? Kak Lala, yang juga merupakan alumni Public Speaking for Youth Batch 12 ini, mengambil kesimpulan dari beberapa jawaban yang dilontarkan oleh jannati bahwa luka pengasuhan merupakan luka yang dialami oleh seorang manusia selama proses pengasuhan oleh orang tua yang menyebabkan trauma atau kenangan buruk dalam diri anak dan biasanya mempengaruhi sikapnya di masa sekarang jika kita belum berdamai dengan luka-luka tersebut.

Respon Error

Luka pengasuhan memberikan dampak negatif pada seseorang berupa respon error. Respon error dapat dimaknai sebagai respon yang tidak sesuai dengan stimulannya, bahkan mungkin cenderung berlebihan dan tidak terkendali. Parahnya, respon error ini akan semakin kuat setelah menikah. Mengapa? Karena kenangan buruk itu lebih mudah bangkit kembai jika mengalami peristiwa yang mirip dengan kenangan masa kecil. Contohnya,  seorang istri yang periang tiba-tiba menjadi pendiam setelah suaminya menyepelekan tentang pekerjaan rumahnya karena kenangan buruk masa kecilnya muncul kembali. Stimulus dari kejadian tersebut adalah menyepelekan orang lain.

Selain respon error, luka pengasuhan berpotensi untuk merusak hubungan. Lalu bagaimana memutus mata rantai pola pengasuhan yang, secara tak segaja, akan diwariskan turun temurun?

Berdamai dengan Luka

Berdamai dengan luka maksudnya adalah memaafkan setiap kejadian menyakitkan dan memaafkan orang-orang yang menyakiti kita sebagai bentuk penyembuhan diri. Memaafkan mudah untuk diucapkan, namun menjadi sulit ketika dipraktekkan, sebab hakikat memaafkan adalah menerima dengan ikhlas. Sedangkan ikhlas, wujudnya tak nampak karena berkaitan dengan hati.

Dalam buku ini, penulis mengelompokkan beberapa langkah penyembuhan diri, yaitu:

1.      Membersihkan badan

2.      Sikap terhormat

3.      Pendidikan

4.      Mengeluarkan zakat

5.      Melakukan dzikir

6.      Menggantungkan harapan pada Allah

7.      Bertaubat

Menarik bagi saya. Betapa lengkapnya islam mengatur segala aspek kehidupan. Bahkan beberapa point yang sudah disebutkan di atas tampak tak masuk akal bagi kebanyakan orang yang selalu mengedepankan logikanya. Bagaimana mungkin zakat dapat menyembuhkan luka masa lalu? Bagaimana bisa bertaubat disebut sebagai salah satu langkah untuk penyembuhan diri? Otak kita tak sampai untuk memikirkan jawabannya.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,dengan harta itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (At Taubah:103)

“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (At Taubah:74)

Al Qur’an Sebagai Penyembuh

Al Qur’an berisi segala solusi permasalahan hidup. Mulai urusan yang besar sampai urusan yang kita anggap remeh. Di akhir sesi review, kak Lala menyampaikan bahwa Al Qur’an bukanlah sebuah obat, sebab obat tak selalu menyembuhkan. Tapi Al Qur’an adalah penyembuh, karena penyembuh pastilah  menyembuhkan.

Yang perlu kita pahami adalah segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tak lepas dari takdir dan ketetapan Allah. Takdir Allah bagi hambanya selalu yang terbaik. Jika kita merasa tak mendapatkan keadilan atau mengalami sesuatu yang pahit, bukan berarti takdir Allah untuk kita buruk. Hanya saja, kita belum mengetahui hikmah di balik peristiwa itu.

Semoga kita menjadi hamba yang selalu berbaik sangka pada ketetapan Allah.


PROFIL REVIEWER:

Nama Laelatul Khodria, perempuan asal Cirebon, lulusan S1 Program Studi PGPAUD di Universitas Pendidikan Indonesia. Pengalaman kerja dan organisasi:

1.      PPLSP sebagai guru di Sekolah Bianglala, Bandung

2.      Guru pendamping di TK BC Al Muhyidin, Bandung

3.      Guru ngaji subuh di Masjid Al Muhyidin, Bandung

4.      Admin di Rumah Keluarga Berdaya, Bandung

5.      Anggota aktif di Komunitas Indonesia Membaca, Rumah Pena Alegori, dan Sakeena Circle

6.      Anggota aktif di Komunitas Lingkungan Hidup