Parenting Qur'ani : Mendidik Anak dengan Bahagia

Kamis, 05 April 2018

Parenting Qur'ani : Mendidik Anak dengan Bahagia



parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Parenting Qur'ani : Mendidik Anak dengan Bahagia - Parenting atau pola pengasuhan anak saat ini lagi happening dibahas dimana-mana. Banyak grup-grup bermunculan, baik di berbagai media sosial, hingga di chat messenger paling laris abad ini : Whats App. Jumat, 30 Maret lalu, The Jannah Institute (TJI) alhamdulillah diberi kesempatan untuk bergabung dan menyimak materi Kul WA yang khusus membahas tentang Parenting Qur’ani secara berkala hingga akhir April nanti yang diselenggarakan oleh Info Muslimah Jember (IMJ). Karena TJI juga fokus dengan pendidikan karakter anak-anak, salah satunya lewat program Public Speaking for Kids, tak ada salahnya, materi parenting yang sangat bermanfaat ini ikut TJI bagikan disini ya.

Materi yang disampaikan oleh Ustadzah Gadinia Bunga yang memiliki 3 putra dengan berbagai karakter dan insyaallah dalam hitungan bulan akan segera bertambah genap dengan kehadiran buah hati keempat ini sangat membuka mata hati para ibu dimanapun berada. Tak dipungkiri, saat anak-anak masih kecil, tugas merawat serta pengasuhan yang komplit kerap menjadi satu tantangan tersendiri. Karena itu, muncul berbagai pertanyaan, termasuk. Bagaimana caranya mendidik anak dengan bahagia ? Ini bocorannya.

Memiliki anak adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh pasangan yang telah menikah. Setelah memiliki bayi mungil dan lucu, kebahagiaan keluarga kecil tentu semakin bertambah. Tetapi akankah kebahagiaan ini akan terus terasa hingga mereka bertambah besar?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya untuk kita tahu, apa hakikat keberadaan anak diciptakan Allah di tengah-tengah sebuah keluarga. Diantaranya :

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

  • Anak sebagai harapan karena anak adalah rizqi bagi orang tuanya. Sehingga kelahiran anak merupakan salah satu harapan pasangan yang sudah menikah.
parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

  • Anak sebagai penyenang hati, karena melihat kelucuan mereka, perilaku mereka, bahkan hanya dengan melihat wajah polos mereka akan membuat orang tua merasa senang, bahkan selelah apapun orang tua ketika melihat wajah anak2nya membuat rasa lelah itu.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

  • Selain itu anak adalah salah satu harapan orang tua, sebagai penyelamat di akhirat. Tetapi yang perlu ditekankan disini adalah Anak Sholih/ah lah yg akan menjadi harapan orang tua di akhirat kelak.
Faktanya tidak sedikit orang tua yang merasa tak lagi bahagia ketika mendidik anak-anak mereka.
Bahkan salah satu survei yang paling hits yang pernah dilakukan adalah Survei Gallup yang diadakan terhadap 60.000 perempuan pada tahun 2012 lalu.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


Survei tersebut menjadi terkenal, karena isinya yang mengejutkan. Menurut survei tersebut, secara rata-rata, ibu rumah tangga lebih rentan stres (yaitu ibu tak bekerja yang punya anak < 18 tahun) mengalami tingkat rasa sedih, stres, marah, serta depresi lebih tinggi dibandingkan perempuan bekerja.

Dari hasil survei Gallup di atas, menunjukkan bahwa orang tua bekerja tingkat stressnya lebih rendah dibandingkan full mom (Ibu Rumah Tangga).

Mengapa hal itu bisa terjadi? tidak lain karena cara pandang seorang ibu tentang makna bahagia.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


Apakah makna bahagia menurut kita adalah ketika bisa memberikan kasih sayang berupa materi? membelikan mainan yang mahal dan brand terkenal, atau bisa memenuhi semua keinginan buah hati kita?

Jika jawabannya iya, maka suatu yang wajar ketika melihat hasil survei Gallup di atas. Seorang ibu yang bekerja di luar rumah lebih bahagia dan tingkat stres nya lebih rendah dibandingkan dengan full mom.

Ataukah kita mempunyai pemahaman bahwa makna bahagia adalah ketika apa yang kita lakukan mendapatkan ridho Allah SWT?

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


Kenapa Ibu rumah tangga merasa lebih stress?

Bisa jadi karena mempunyai standar kebahagiaan berupa materi, sehingga ketika harus mengurus anak membuat para ibu menjadi jenuh dalam mendidik anak

Kenapa demikian? Karena ibu merasa mendidik anak itu tidak menghasilkan. Bandingkan dengan bekerja. Dengan bekerja, ibu bisa mendapatkan uang, banyak kenalan, jalan-jalan, dan lain-lain.
Lalu, apa alasan untuk bahagia? 
Karena ibu mengetahui ketika mendidik anak dengan mengharap ridho Allah, akan menjadi investasi kehidupan di akhirat. Dan, kenapa berpikir untuk investasi akhirat? Karena ibu sadar bahwa kehidupan di dunia itu hanya senda gurau belaka, sedangkan kehidupan di akhirat itu lebih baik daripada kehidupan di dunia.

Oleh karena itu, maka sebagai ibu harus memahami bagaimana Islam memuliakan ibu, bahkan Rasulullah SAW meninggikan derajat Ibu 3 tingkat dibandingkan ayah. 

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Selain itu, ketika seorang anak berbakti pada ibu, akan menghapuskan dosa. Seperti sebuah hadits :

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Dan satu lagi kemuliaan seorang ibu bahwa do'anya akan dikabulkan oleh Allah. Karena begitu mulianya menjadi seorang ibu. Sehingga ketika seorang ibu memahami ini semua, tidak akan lagi merasa bahwa menjadi full mom adalah sesuatu yang sangat membosankan dan membuat tingkat stress menjadi tinggi.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Apa Tujuan Mendidik Anak?


Yang pertama, memahami bahwa tujuan mendidik anak adalah menjadikan mereka sebagai hamba Allah yang taat, tunduk, dan patuh hanya kepada Allah. Mendidik anak tidak hanya berupaya untuk menjadikan mereka anak yang berprestasi dalam kehidupan dunia saja.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


Yang kedua, membentuk anak-anak menjadi calon pemimpin kaliber dunia, yaitu dengan memahami potensi anak yang telah Allah berikan. Apa saja?

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


1. Potensi akal
Allah memberikan akal pada manusia agar bisa membedakan mana yang baik dan mana  yang benar.

2. Kebutuhan jasmani
Kebutuhan yang rangsangannya berasal dari dalam tubuh, dan wajib untuk dipenuhi. Karena jika tidak akan menimbulkan kematian. Contoh : makan, minum, istirahat, dan lain-lain.

3. Kebutuhan Naluri
Kebutuhan yang rangsangannya dari luar, dan tidak harus dipenuhi, karena tidak akan menimbulkan kematian jika tak terpenuhi, seperti : 

a. Naluri Tadayyun : kecenderungan dalam beragama
b. Naluri Nau' : kecenderungan untuk memberikan kasih sayang, dan melestarikan keturunan
c. Naluri Baqo': kecenderungan untuk mempertahankan diri, atau menunjukkan eksistensi diri

Dengan memahami potensi anak, maka ibu akan bisa memenuhi kebutuhannya sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Contoh : ibu bisa membedakan tangisan anak karena lapar, haus, takut, ingin diperhatikan, atau karena merasa dirinya tidak dipedulikan, karena penanganannya akan berbeda. Dan, kita juga harus memahami bagaimana tahapan usia anak, sehingga penyelesaian terhadap masalah akan tepat.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia


Ada banyak versi, namun itulah yang paling esensi.

Namun, ingat pada setiap fasenya, perlakuan orangtua tidak boleh sama. Alih-alih anak menjadi generasi pejuang, ketika salah/tidak tepat memberi perlakuan saat mendidik, anak malah jadi antipati terhadap perjuangan.

Di fase pra tamyiz, misalnya, dimana anak-anak sedang membutuhkan full perhatian dan kasih sayang, maka tidak tepat jika orangtua mendidik anak dengan keras dan menekan. Jika ini dilakukan, maka hati anak akan menjauh dari orangtuanya.

Untuk panduan ini, berdasar nasihat bijak dari Sahabat Ali -karramahullahu wajhah - : 
"Perlakukan anakmu dengan penuh kasih sayang di 7 tahun pertama, sebagai prajurit di 7 tahun ke dua, dan perlakukan sebagai sahabat setelahnya"

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Untuk fase-fase mendidik anak di 7 tahun pertama, bisa lebih rinci lagi dalam penjelasan  sebagai berikut :
  • Biasakan anak kita talqin kalimah tauhid. Hal ini bisa dilakukan bahkan sejak dalam kandungan. Sehingga anak terbiasa mendengar kalimah thayyibah
  • Biasakan menceritakan Allah adalah Rabb mereka.
  • Biasakan membacakan, mengisahkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kisah akan membuat pikiran mereka berkembang
  • Aajarkan Al-Qur'an (bukan mengajarkan hurufnya), tapi membiasakan memperdengarkan atau
    menghafalkan Al-Qur'an bersama
  • Mengenalkan beberapa macam ibadah dan tata caranya (baru mengenalkan loh ya)
Terkait poin mengenalkan ibadah, di usia 7 tahun pertama (pra tamyiz), orangtua bisa mulai membimbing anak mengerjakan sholat, dimulai ketika anak sudah bisa membedakan tangan kanan dan kiri (HR. Thabrani dari Abdullah bin Habib).

Dan sebelum usia 7 tahun, tidak boleh orang tua memaksakan anak untuk shalat. Karena perintah shalat baru ditekankan oleh Baginda di usia 7 (usia tamyiz). Jadi sebelum usia ini, targetnya adalah melatih, dan menumbuhkan kecintaan. Esensi dari shalat untuk apa, dan sebagainya harus diulang-ulang di usia pra tamyiz. Sehingga ketika tamyiz sudah tidak terlalu berat untuk melaksanakan shalat. Dan saat usia baligh, sudah ringan mengerjakannya. Shalat adalah salah satu contoh saja yang digambarkan disini.

Jadi jangan sampai, anak usia pra tamyiz, tapi mereka sudah "diseret-seret" orangtuanya untuk menunaikan ibadah, padahal belum ada taklif kepadanya. Dan orangtua memarahinya saat si anak tidak melaksanakan "kewajiban" tersebut. Akhirnya yang terjadi, anak jadi malas, terlebih ortu tidak clear menyampaikan filosofi, dan sebagainya.

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia

Ada salah satu contoh kasus yang terjadi terkait hal itu. Ada anak (perempuan), yang saat usia baligh menyampaikan begini "ana bosan pake kerudung. Dari balita, aku udah disuruh-suruh menutup aurat sama umiku. Pingin banget sekali-kali aku buka kerudungnya ah". Ini kisah nyata.
Masih tentang shalat, baginda Rasulullah saja memberikan tahapan pengajaran agar anak mencintai shalat, yaitu :
  • Periode pengkondisian. Melibatkan anak sholat -- pra mumayyiz (batasan : saat anak bisa membedakan tangan kanan dan kiri)
  • Periode pengajaran shalat. Mengajarkan rukun, kewajiban dalam shalat, apa saja yang
    membatalkan shalat. Ini usia tamyiz, atau usia 7 tahun awal periode pengajarannya (HR. Abu
    Dawud dari Sibrah bin Ma'bad)
  • Baginda Rasulullah SAW, memberi waktu 3 tahun untuk kita menggembleng anak-anak sampai shalat mereka sempurna. Dimana, jika usia mereka telah menginjak 10 tahun, maka boleh memukulnya jika mereka tidak mau shalat. Tentu ukuran usia ini, bisa jadi berkurang, jika di usia sebelum 10 tahun, anak kita telah baligh.

Secara biologis, fase pertumbuhan seorang manusia telah digambarkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, yaitu dalam surat Al-Mu’min ayat 67 : 

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.” 

Dari penjelasan ayat di ata,s bahwa proses kejadian individu mengalami tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang individu tumbuh menjadi anak, dewasa, tua. Dan Al-Qur'an menegaskan bahwa ada yang diwafatkan sebelum seorang individu berubah kepada fase perkembangan selanjutnya. Namun, inti dari ayat ini adalah bahwa seorang manusia, pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

Jika kita membahas fase pertumbuhan di masa kanak-kanak hingga baligh, maka Islam telah menetapkan masa kanak-kanak ini menjadi beberapa fase :

parenting qurani : mendidik anak dengan bahagia
  • Masa bayi (0 hingga 2 tahun)
  • Masa anak-anak (2-7 tahun atau disebut dengan fase thufulah)
  • Masa Tamyiz (7-10 tahun)
  • Masa Amrad (10-15 tahun)
  • Masa Taklif (15-18 tahun) --- dewasa
Ini gambaran umumnya. Usia tidak bisa menjadi patokan. Karena sekarang banyak yang mengalami fase baligh di usia 10-15. Jika diringkas lagi, fase perkembangan anak itu ada :
  • Fase pra tamyiz
  • Fase tamyiz
  • Fase baligh

Akhirnya

Kita harus menyadari bahwa tujuan kita diciptakan di dunia adalah untuk menyempurnakan penghambaan pada Allah SWT. Termasuk saat kita mendidik anak untuk menjadi jiwa-jiwa yang sholih dan menjadi ummat terbaik.

Dan, mendidik anak secara Islam tentu berat jika dilakukan sendiri. Sebagai seorang ibu, tentu kita harus ber-partner dengan ayah seagai satu kesatuan tim. Dan, dibutuhkan pula teman dan komunitas yang punya visi sama untuk mewujudkan generasi qur'ani yang sukses di dunia membela agamanya sebagai bekal di akhirat nanti.

Semoga sharing yang TJI dapat dari kul WA Parenting Qur'ani ini bisa bermanfaat ya, dan semakin membuat para ibu semangat untuk mendidik anak dengan bahagia menurut versi Allah, semata-mata karena mengharap ridho-Nya. Tunggu ya sharing Parenting Qur'ani lainnya. Selamat mendidik anak dengan bahagia.


-Wassalam, TJI-

2 komentar :

  1. Kalau Kak Prita HW bikin kelas parenting, topiknya ganti: Mendidik Anak dengan Tangguh feat. Tangguh. 🤣

    BalasHapus
  2. Lengkappp

    Ibu rt yg enggak punya kegiatan selain mengurus rumah rentan stres emang, jd y biar jd ibu rt harua tetep gaul
    Imho
    Hehe

    BalasHapus