2021

Senin, 27 Desember 2021

Mematahkan Persepsi Perempuan dalam Islam Melalui Buku "Alhamdulillah Aku Muslimah"


 


Sebagai Muslimah tentu wajib hukumnya untuk memperdalam ilmu agama, agar mempererat hubungan kita dengan Allah SWT. Namun, di era modern dengan kekayaan informasi seperti saat ini agak lah susah untuk mempelajari ajaran Islam dari sumber yang benar. Di TJI Book Review, 8 Oktober 2021 kemarin menghadirkan seorang Reviewer sekaligus penulis buku “Alhamdulillah Aku Muslimah”. Simak cerita dibalik proses pembuatan bukunya yuk, Jannati!


Reviewer di sesi Book review kali ini adalah Wardah Abeedah, yang kesehariannya sebagai Ustadzah dan memiliki latar belakang menjadi santriwati di pesantren TMI Al-Amin Prenduan, Sumenep, dan PP Putri Al-Wafa Tempurejo, Jember. Meski sudah menjadi ibu dan mengasuh lembaga tahfidz, kecintaannya terhadap ilmu membuatnya terus menimba tsaqafah Islam. 

Poster TJI Book Review - Alhamdulilah Aku Muslimah 


Selain mengkaji tsaqafah Islam ideologis di sebuah jamaah dakwah yang menjadi wadahnya berjuang, Ibu satu orang putri ini aktif mengikuti talaqqiy dan program belajar di beberapa Ma'had seperti Ma'had Khadimus Sunnah, Ma'has Syaraful Haramain, serta belajar secara jarak jauh di Ma'had Murtaqa lil Ulumis Syar'iyyah Kuwait dan Madrasah Fiqhiyyah asy-Syafi'iyyah Mesir.


Keinginan mengabdi untuk tsaqafah Islam pulalah yang membuatnya aktif berdakwah lewat lisan dan tulisan. Hingga saat ini, penulis sudah menelorkan beberapa buku antologi, serta menjadi kontributor di beberapa website dakwah muslimah dan menggagas Madrasah Ibu Ash-shalihat serta program Ngaji Santri Millennial. 


Silahkan follow instagram @wardahabeedah jika Jannati ingin mengenal Mbak Wardah lebih lanjut


Awalnya, ide pembuatan buku ini berawal dari ide bersama di antara Mbak Wardah, Mbak Faiqoh, dan Mbak Prita yang merupakan Editor dari buku “Alhamdulillah Aku Muslimah”, karena munculnya kekhawatiran pandangan perempuan dalam bingkai Islam.  


Jadi, Mbak Wardah sempat menengok tulisan-tulisan FB nya terdahulu, dan terkumpullah menjadi buku sekarang, sampai akhirnya membuat buku solo. Lalu Mbak Prita dan Mbak Faik mengiyakan sembari mengumpulkan tulisan dan menulis tulisan yang baru. Akhirnya terjadilah Syirkah atau kerjasama antara Mbak Prita sebagai editor, dan Mbak Wardah penulisnya. 

Cover Buku "Alhamdulillah Aku Muslimah"


Terlebih, tujuan awal pembuatan buku ini untuk menyadarkan Muslimah tentang batasan-batasan apa yang boleh dan mana yang tidak, jangan asal mengikuti trend dalam memperdalam ajaran Islam, bahkan sampai mengikuti bisikan halus setan.


Mbak Wardah ⁩sudah lama ingin sekali menceritakan backgroundnya yang  besar di lingkungan keluarga patriarki. Terutama menjadi anak perempuan satu-satunya di antara saudara laki-lakinya. Terlebih Abah Uminya tidak memperbolehkan sekolah formal, hanya mondok saja, karena nantinya akan berakhir nikah dan memegang ulekan. Cerita ini ada di sub-bab judul ‘Pernikahan dan Ulegan’


Prolog Sub-Bab Judul 'Pernikahan dan Ulegan'

Cuplikan dari sub-bab judul tersebut menceritakan bahwa Mbak Wardah pernah hampir dinikahkan kedua orang tuanya pada umur 15 tahun, tetapi karena kehendak Allah, ia menikah pada umur 22 tahun melalui perjodohan keluarga dengan persetujuan Mbak Wardah, bukan dengan paksaan seperti yang sebelumnya. 


Termasuk jika ingin pergi keluar, harus diantar kakak laki-lakinya. Sampai berpikir “kok Islam seribet ini sih?”, dan sempat tertarik dengan ide-ide feminis yang mengusung konsep Girl Power. 


Meski semua dugaan Mbak Wardah tentang latar belakang kenapa abah-uminya seperti itu, dan bagaimana sesungguhnya menurut pandangan Islam baru terjawab setelah pencarian yg panjang, dan pada akhirnya bersyukur menjadi muslimah di masa ini. 


Mbak Prita juga bersemangat sekali untuk membahas isu perempuan dan Islam. Awalnya ide tersebut muncul untuk mengimbangi narasi-narasi semacam buku muslimah lain dengan  pencerahan tapi nyatanya menyesatkan pikiran lain. Kadang ditemukan judul seperti “Hijarah jangan jauh-jauh, nanti nyasar”, dan “Sister Fillah, You are Not Alone”


Awalnya akan istiqamah menemani hijrahnya para  muslimah yang baru tertarik mempelajari Islam, dan Muslimah muda yang sedang pencarian jati diri atau sering disebut Quarter Life Crisis, disampaikan dengan bahasa manis, tapi sebenarnya isinya mengandung paham tertentu yg membelokkan pikiran dari berpikir tentang Islam secara utuh memandang perempuan


"Nah, kita harus bikin gaya bahasa yang renyah, tapi berisi dan dalam, dengan fakta-fakta dsb kayak gini!" celetuk Mbak Prita pada saat itu. 


Mbak Prita merasa terbakar sekali saat membaca naskah, hati bergejolak banget untuk segera menelurkan karya  agar muslimah-muslimah di luar sana tidak semakin banyak yang salah memilih jalan, atau coba-coba dulu sampai akhirnya pusing sendiri, atau overthinking dan menganggap Islam kurang dan kurang pro mengayomi perempuan


Mbak Wardah sendiri juga punya keinginan supaya buku ini bisa dibaca kalangan ning-ning (putri kyai di pesantren) yang saat ini sudah tergerus nilai keislamannya yang hakiki. Banyak yang menjadi hedon, tertarik ide feminisme, dan sebagainya


Untuk hal mengedit naskah, Mbak Prita tidak banyak menyunting naskah, tetapi lebih ke alur berpikirnya dalam satu judul tulisan, agar tidak muncul kalimat multi tafsir. Lalu, kelebihan lain dari buku “Alhamdulillah Aku Muslimah” dilengkapi dengan ilustrasi yang Colorful hasil kreasi, agar menjadi nilai plus untuk para muslimah. 

Salah Satu Cuplikan Ilustrasi Buku "Alhamdulillah Aku Muslimah"


Buku ini memiliki gaya bahasa seperti sedang mengajak ngobrol, tidak menggurui. Namun berdasarkan fakta ilmiah dan dalil yang kuat, karena penulis mengisi buku dengan kajian tafsir yang bisa masuk untuk sasaran Ning-ning dan anak-anak pesantren lainnya. Pas untuk muslimah muda yang masih labil dalam mencari jati dirinya. 


Yang membuat spesial dari peluncuran buku ini adalah sambutan hangat kerja sama dari mba Tere yang dulunya merupakan penyanyi kenamaan di awal tahun 2000-an dengan single yang berjudul ‘Awal yang Indah’. Saat ini Mbak Tere istiqomah menjalani kehidupannya sebagai Muslimah. 


Untuk kedepannya, Mbak Wardah berencana untuk menulis buku solo keduanya yang berjudul ‘Pernikahan Dini’. Semoga buku tersebut akan segera rilis dan bisa dibaca oleh kita semua, Jannati! 


Jika Jannati penasaran dan  tertarik untuk membaca buku “Alhamdulillah Aku Muslimah” secara mendalam, bisa Jannati beli di sini. Semoga ilmu dan pandangan yang sudah dibagikan bisa menjadi Ilmu yang bermanfaat untuk kita semua ya, Jannati!


Kamis, 23 Desember 2021

Qur'an Journaling, Sebuah Seni Memperdalam Ayat Suci Al-Quran





Apakah Jannati sudah familiar dengan kegiatan Journaling? Secara harfiah, Journaling adalah kegiatan menuangkan seluruh pikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan supaya bisa dipahami secara lebih jelas. Lebih dari itu, kegiatan jurnalling juga bisa diaplikasikan dengan ayat suci Al-Quran, seperti yang sudah sering dilakukan oleh mbak Lia, selaku Narasumber dari TJI Sharing Session di tanggal 15 Oktober 2021, simak cerita serunya yuk, Jannati!


Mari kenali Biodata mbak Lia secara singkat dulu , Yuk! Aslinya, mba Lia memiliki nama Lia Indah Permatasari. Ia lahir pada tanggal 2 Februari 1985. Sekarang mbak Lia beralamat di JL. Perum Sriwijaya Land, Jember. Kegiatannya saat ini adalah full time mom, dibarengi dengan beragam hobinya seperti membaca, dan menulis jurnal. 


Poster TJI Sharing Session - Manfaat Qur'an Journalling untuk Muslimah


Sebelum membahas Quran Jurnaling secara mendalam, Quran Journaling adalah seni mentadaburi Al Quran dengan kegiatan menulis di dalam Jurnal kita. Tadabbur Al Quran dapat diartikan memahami ayat-ayat Al Quran tidak cuma sebaris teksnya, tetapi menemukan hakikat makna teks, intisari, hikmah, pelajaran, dan nasihat untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.



Jadi secara garis besar, untuk melakukan Qur'an Journaling, kita perlu mentadaburi ayat-ayat Al Quran terlebih dahulu. Sebenarnya, kegiatan ini hanya salah satu metode ya untuk mendekatkan diri dgn Al Qur'an. Poinnya adalah meniatkan diri untuk taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah), meyakini bahwa Al Qur'an perlu untuk :

  • Dibaca

  • Ditadabburi

  • Dihafalkan

  • Diamalkan

  • Diajarkan



Jadi, niatkan untuk mentadabburi sebagai bagian dari langkah selanjutnya setelah dibaca, agar mudah ke tahapan selanjutnya. Keindahan, ke-aesthetic-an dsb itu hanyalah pernak-pernik tambahan yang membuat Jannati semakin semangat untuk mendalaminya



Lalu, harus punya mentor, terutama dalam belajar tafsir, tidak cukup hanya mempunya circle teman-teman yang suka menjurnal, tapi lebih dari itu, ikuti kajian tafsir, juga kajian intensif lainnya yang meletakkan pondasi berpikir kita dengan benar. 



Tidak bisa hanya mengandalkan hati bergetar, dan feeling saja. Tetapi Juga harus ditambah belajar asbabun nuzulnya, shirah yang berkaitan, dan sebagainya. InsyaaAllah ketika sudah mengkaji, ditambah Qur’an Journaling, makin mantap dan klik.




Awal mulanya mbak Lia tertarik dengan kegiatan Qur'an Journaling karena postingan mbak prita (lihat disini). Lalu berlanjut dengan stalking akun mentor Qur’an Journaling, dan mbak Lia terpukau dengan dokumentasi journal-journalnya. Hingga mbak Lia memutuskan untuk mengikuti salah satu kelasnya mbak Prita, dan menjadi candu dengan Qur’an Journaling


Qur'an Jurnaling Ayat Al-Baqarah 21


Sedari jaman sekolah mbak Lia suka menulis dengan ballpoint warna-warni, kegiatan Quran Journaling tidak hanya media untuk mentadaburi ayat Quran, tetapi juga menjadi sarana mbak Lia untuk mengaplikasikan hobi menulisnya. Apa yang dituliskannya di dalam jurnal adalah dialog mbak Lia dengan Allah SWT yang begitu besarnya dijelaskan dalam ayat-ayatNya 



Qur’an Journaling bisa dimulai dengan hal yang terkecil dulu, seperti jurnal syukur, bersyukur tentang apa saja yang terjadi di hari itu. Lalu temanya dikaitkan dengan 1 ayat tertentu, agar maknanya bisa diresapi secara mendalam 


Qur'an Journaling tenntang Bersyukur


Keistimewaan lain dari Qur’an Journaling adalah tidak membutuhkan buku khusus, hanya diperlukan buku kosong agar bisa dituliskan diari dan ditempel-tempel dengan stiker sesuai dengan keinginan kita.



Mbak Prita menambahkan, Qur’an Journaling juga bisa menggunakan bahan-bahan yang sering ditemukan, seperti amplop coklat bekas, hang tag baju, dan alas kue yg bersih. Semua bahan tersebut hanya disobek-sobek sedikit, dan digabungkan hingga menjadi journal kit, sekaligus melakukan reuse, reduce, recycle terhadap sampah rumah tangga. 



Qur’an Journaling tidak hanya sebatas menulis di kertas dengan tangan, tetapi juga bisa melalui media digital, seperti canva. Jannati bisa mencari element dengan kata kunci “Journal”, lalu akan muncul clipart berbentuk selotip atau sejenisnya. 


Setelah mendalami Qur’an Journaling  ada dua manfaat besar yang dapat dirasakan oleh mbak Lia, yaitu: 

1. Quran Journaling membantu memahami dan mengingat pelajaran dari ayat Al Quran dengan lebih baik

2. Quran Journaling dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan Al Quran



Saat ini, Quran Journaling sedang booming dan banyak digemari orang banyak, untuk bisa istiqomah dalam menjurnal, mbak Lia perlu mengikuti komunitas Quran Journaling, di sana setiap anggota bisa mentadaburi ayat-ayat Al Quran setiap minggunya



Quran Journaling dapat menjadi media untuk mendokumentasikan progres dalam memahami dan mengamalkan tuntunan dalam Al Quran. Dalam menjurnal ini kita bisa merasakan lebih bahagia setelah membiasakan menulis refleksinya dalam jurnal Quran. 



Langkah awal untuk Qur’an Journaling adalah menentukan dulu surah apa yang mau ditadaburi, misalnya surah Al Baqarah kita baca surah Al Baqarah 1-5 kita baca terjemahannya dulu, mana yang buat hati kita bergetar, atau dalam terjemahannya itu sepertinya ‘aku’ banget, setelah itu dibaca arabnya, lalu dibuka tafsirnya, setelah dipahami arti dan tafsirnya baru kita refleksikan ayat itu ke dalam kehidupan kita



Jika tidak mempunyai buku tafsir kita bisa googling atau bisa join di telegram. Di google biasanya melalui tafsirweb.com, sedangkan di telegram kita bisa bergabung dengan channel Qur’an Hadits Indonesia



Biasanya mbak Lia melakukan Qur’an Journaling di pukul 4 pagi, disaat anak-anaknya masih tertidur, sekaligus bisa menjadi ‘me-time’ untuk mbak Lia. 



Terlebih lagi, mbak Lia juga membagikan salah satu buku referensinya dalam mendalami Qur’an Journaling. Buku tersebut menceritakan pengalaman setiap anggota komunitas The Qur’an Journal Indonesia, dan berisi hasil tadabur, di setiap ayatnya, penulis memberikan sedikit ulasan tafsir serta refleksi pribadi masing-masing



Sekian ilmu dan kiat-kiat dalam melakukan Qur’an Journaling yang telah dibagikan oleh mbak Lia. Semoga bisa menggetarkan hati Jannati dalam mendalami ayat-ayat suci Allah SWT.


Senin, 20 Desember 2021

Cara Jitu Menuliskan True Story Tanpa Ragu





Pernahkah Jannati terpikirkan untuk menulis cerita berdasarkan kisah yang Jannati alami sendiri? Pada sesi Book Review di 22 Oktober 2021 kemarin, TJI berkesempatan membahas buku yang berjudul “Panduan Menulis True Story.” Tanpa basa-basi, mari kita simak pembahasan menariknya!


Sesi Book Review ini dibawakan oleh mba Ines Yuanta, atau bisa dipanggil Ines. Mba Ines adalah alumni blogging class dan online writing class batch 3 yang diselenggarakan oleh TJI. Ternyata mba Ines sudah bergabung dengan TJI dari tahun 2018 lalu, lho. Jika Jannati ingin mengenal mba Ines lebih mendalam, silahkan berkunjung ke blog pribadinya di inesyuanta.com



Poster TJI Book Review "Panduan Menulis True Story"

Mba Ines menuturkan bahwa penulis buku “Panduan Menulis True story” adalah penulis yang sama dari buku “Ubah Lelah menjadi Lillah”, dan “Lillah sebelum Lelah.”


Alasan utama kenapa mba Ines mengulik buku ini, karena banyaknya perspektif mengenai kepenulisan True Story dari beragam penulis. Berbeda-beda tetapi tetap di dalam satu jalur, dengan tips dan karakteristiknya masing-masing. Berikut daftar tulisan yang ada di dalam buku panduan kepenulisan True Story:


  1. Tiga Jurus Ampuh curhat sehat bermanfaat, ditulis oleh Mariana Suci Swastika

  2. Menulis dari Hati, Berawal Saat Menulis Diary, ditulis Oleh Sri Bandiyah

  3. Menulis Kisah Inspiratif, ditulis oleh Dwi Suwiknyo

  4. Ubah Ide jadi Karya Parlente, ditulis oleh Wawan Murwantara

  5. Cerita dibalik Suksesnya Sebuah Judul True Story, ditulis oleh Fitri Ayu Mustika

  6. Mainkan Openingnya, Kak! Ditulis oleh Seno NS

  7. Alur dan Plot Dalam Menulis Cerita, ditulis oleh Fitria Susanti

  8. Dialog; Senjata mu Membagikan Dinamika Cerita, ditulis oleh Hapsari Titi Mumpuni

  9. Mengulik Konflik dalam True Story, ditulis oleh Okkie Noor

  10. Tulislah Kisahmu dengan Emosi, Hati dan Segenap Perasaan, ditulis oleh Sayyidatina Az-zahra

  11. Jadikan True Story kamu lebih WOW dengan Dramatisasi, ditulis oleh Nailus Sa’adah

  12. Komedi dalam True Story, ditulis oleh Nurwa R

  13. Hepi Writing, Happy Ending, ditulis oleh Jack Sulistya

  14. Swasunting: Tulisan Kita, Tanggung Jawab Kita Juga


  1. Buku Panduan Menulis True Story


Salah satu kutipan favorit mba Ines dari buku yang sedang dibahas adalah: 


Pembuka cerita pendek yang baik, sedapat mungkin harus sudah bisa menerangkan pokok persoalan yang bisa dibicarakan. Pembuka cerita pendek yang tidak lansung mengutarakan pokok persoalan akan cenderung kehilangan daya pikatnya”


Menurut mba Ines, perihal bedanya keruwetan seorang penulis pro lebih ke bagaimana caranya mendapat daya pikat. Sedangkan untuk penulis pemula adalah kebingungan untuk memulai kisahnya bagaimana.



Mba Ines juga membagikan kutipan lain yang mungkin akan berguna bagi penulis lainnya:


“Namun ada juga yang sebaliknya, jadi lama menulis naskah karena tidak ada kerangka alur dan plot tidak ditentukan sejak awal.


"Bila alur dan plot menghasilkan cerita yang dinamis, pada umumnya cerita-cerita yang ada saat ini dibuat dengan tema yang hampir sama satu sama lain. Tetapi meskipun temanya sama, tidak ada tulisan yang sama persis kecuali kalau ada plagiat"


"Penulis bisa bermain pada konflik atau juga bisa pada awal dan akhir"


"Kemampuan mengembangkan cerita bisa terjadi bila alur dan plotnya bagus."



Secara mendalam, menulis true story hampir mirip dengan menulis faksi, yang merupakan singkatan dari Fakta Fiksi. Karya tulisan ini ditulis berdasarkan fakta yang disajikan dengan gaya naratif, agar dapat lebih menarik perhatian pembacanya. Jadi bisa saja ditambahkan dengan bumbu dramatisasi, asalkan tidak melenceng dari faktanya. 



Di Tengah sesi diskusi, salah satu audiens TJI Book Review menambahkan bahwa, untuk membuka suatu cerita, hindari penggunaan kata-kata “Pada suatu hari…”, lalu alurnya akan mudah ditebak seperti “Pagi, burung, menyingsing, mentari, kamar, pengap jendela,...”



kata-kata tersebut sudah terlalu mainstream dan tentu akan mudah ditebak kelanjutan ceritanya seperti apa. Jika ingin tetap mengawali dengan “Pada suatu hari…” sambunglah dengan kalimat yang lain agar tidak terbaca monoton. 



Menurut mba Ines, setiap orang layak menuliskan True Story-nya berdasarkan keseharian dan keahliannya masing-masing. Banyak pesan moral yang bisa kita sematkan di kisah kita sendiri. 



Di samping itu, tidak jarang ketika kita ingin menuliskan banyak hal, seringkali menemukan hambatan dalam proses menulis, di kesempatan spesial ini, mba Ines membagikan tips jitunya dalam menuliskan true story, berikut tips yang bisa Jannati praktikkan:


  1. Tentukan Idenya 

  2. Tulis cerita tanpa kerangka dulu, yang terpenting adalah keberanian kita dalam menunjukan tulisan kepada orang lain.  

  3. Jangan lupa untuk menuliskan nilai lebih dalam tulisan kita, seperti hikmah, hal menarik, dan informatif yang bisa ditangkap oleh pembaca

  4. Jika belum selesai jangan di edit terlebih dahulu

  5. Sebelum diedit, endapkan tulisan selama beberapa jam atau  beberapa hari terlebih dulu, agar pikiran kita bisa lebih fresh



Tentu dari segudang tips yang sudah dibagikan oleh mba Ines adalah hasil pengalamannya dalam menulis buku true storynya yang berjudul “Tak Apa-Apa Ada Pandemi” yang bisa Jannati beli bukunya di sini. Terlebih lagi mba Ines tidak membaca referensi lain dalam penulisan bukunya. Mashaallah, bukankah mba Ines berbakat sekali, Jannati?



Apakah ilmu yang sudah dijabarkan oleh mba Ines membuat kalian tercerahkan tentang menulis true story? Jika Jannati ingin belajar lebih mendalam mengenai kepenulisan, silahkan bergabung dengan kelas-kelas yang ditawarkan oleh TJI. Klik disini untuk info lebih lanjut. Sampai berjumpa di sesi berikutnya, Jannati!





Rabu, 15 Desember 2021

Proses Menemukan Genre dalam Menulis





Untuk sebagian orang, kegiatan menulis memang mengasyikan, terutama menulis cerita fiksi yang membutuhkan imajinasi kuat. Tetapi, untuk memperdalami genre tulisan yang kita buat membutuhkan proses yang panjang. Di TJI Sharing session tanggal 17 September 2021 kemarin menghadirkan seorang narasumber yang merupakan seorang novelis. Simak pengalamannya, yuk!



Mari kita mengenal narasumbernya terlebih dahulu, namanya adalah Dzawata Afnan, atau lebih sering dipanggil “Tata”, berasal dari Demak. Ia pernah mengikuti organisasi Literasi FLP angkatan 13 dan Books On Wheels Demak. Lalu, juga pernah mengajar di Yayasan Teratai Putih Global School  di tahun 2012 - 2018.


Poster TJI Sharing Session - Menemukan Genre dalam Menulis



Selain itu, mba Tata juga seorang penulis artikel di Reviens Media dan sempat menjadi editor di Pikiran Rakyat (Demak Bicara). Terlebih lagi, ia pernah menulis 5 buku antologi, 4 buku solo, dan juga skenario film lokal yang berjudul Daringan, Pesan Takdir, dan Rihlah Cinta.


Dengan segudang prestasinya di bidang literasi, ternyata Mba Tata adalah lulusan S1 Matematika serta S2 Management. Wah, hebat sekali walaupun ia menempuh pendidikan dengan latar belakang yang jauh dengan dunia literasi, mashallah ya, Jannati!


Tentu masih banyak yang bertanya-tanya, mengapa mba Tata terjun ke dalam dunia kepenulisan, meskipun latar pendidikannya berbeda sekali? Ia bercerita semuanya berawal dari rasa penasaran. Awalnya ia belum terbiasa menulis, karena sedari kuliah terpaku dengan rumus matematika, hingga akhirnya mba Tata menantang dirinya untuk terus menulis hingga terbiasa. 


Mba Tata membuat pengandaian yang unik perihal proses menemukan genre dalam menulis. Menurutnya membaca itu seperti makan, apa saja masuk, tetapi tetap ada makanan (read: genre) favorit. Lalu Menulis itu adalah hasil dari makanan itu. Hasilnya itu adalah pembuangan dari proses tersebut. Jadi, lupakan dan lepaskan dari apa yang kita tulis. 


Nah, dalam proses itu sadar tidak sadar kita telah menemukan genre secara alami. Apa yg kita baca, contoh ; kita suka baca novel genre romance. Saking seringnya kita punya bank kata untuk menuangkannya kembali. 


Genre secara alami adalah bacaan favorit kita.  Jika kita menyukai bacaaan tentang sejarah. Pasti kita tidak jauh-jauh menulis  tentang sejarah juga. Bisa saja kita improvisasi dengan sejarah apa yang bisa dijadikan ide untuk bahan tulisan.


Hal tersebut hanya berlaku untuk tulisan pribadi. Berbeda lagi jika kita  menulis untuk tuntutan pekerjaan, kebutuhan profesional. Mau gak mau suka gak suka kita harus memaksakan diri untuk mengerjakannya. Kalo ditanya suka, Pasti menjawab iya karena kebutuhan.Hal inilah yang sedang dialami oleh MbaTata. 


Terlepas dari itu, Mba Tata lebih menyukai genre tulisan fiksi-romansa. Genre buku bacaannya pun juga mengikuti demikian. Namun, ia tidak bertahan lama untuk menulis berita sebagai tuntutan pekerjaan, karena menulisnya memakai ambisi, bukan berasal dari hati. 


Keunikan dari novel fiksi-romansa yang mba Tata tulis tidak hanya terpaku dengan adegan romantis saja, tetapi juga diselipkan dengan nilai-nilai sosial yang terjadi pada saat itu, tujuannya adalah agar anak muda lebih kritis dengan lingkungan sekitar. 


Untuk menulis novel dan cerita fiksi lainnya, mba Tata terbiasa menulis melalui platform Reviens untuk artikel ringan. Salah satu karyanya pernah menjadi juara favorit dalam acara hari Ibu adalah “Selamat Pagi Covid” yang bisa Jannati baca  disini.


Terlebih, Mba Tata memiliki tips dalam menulis novel. Menurutnya penting sekali untuk membuat outline terlebih dahulu, karena fungsinya sebagai stabilitas konsistensi dari plot yang tuliskan. Terlebih agar tidak mudah tergoda dengan ide-ide lain yang menghambat tulisan kita sendiri.  


Mba Tata juga pernah merasakan menulis novel tidak sesuai dengan outline yang dibuat. Hasilnya tentu berbeda jika berkiblat dengan outline yang sudah dibuat di awal. Semua tergantung kepada kebutuhan masing - masing untuk mengembang cerita plotnya. 


Selain itu, mba Tata juga sedang memperdalami penulisan script film. Awal mulanya di pandemi tahun 2020 lalu  ia dilanda kegabutan karena Kegiatannya yang terbatas, dan di daerah pesisir pantai ada temannya yang juga penyuka seni.Tentu, mba Tata yang menulis skenario, didampingi dengan sutradara teater, dan kameramen, hingga akhirnya tercipta sebuah karya film pendek.


Perbedaan gaya menulis novel dan skrip film tentu dialami oleh mbaTata. Keduanya sama-sama menyenangkan, tetapi untuk menulis skenario imajinasi dipaksa menghubungkan keadaan dalam bentuk visual yang lebih realistis, serta diksi yang lumrah dilontarkan untuk skenario, dibanding dengan penulisan novel yang membutuhkan variasi kata dan imajinasi.


Untuk proses pembuatan skenario dan skrip sendiri membutuhkan diskusi terlebih dahulu dengan tim produksi agar sutradara paham dengan cerita yang dituliskan oleh penulis. Jika sutradara setuju, baru skrip dan skenario bisa digarap. 


Hasil karya dari film lokal yang mba Tata buat bisa Jannati tonton disini


Intinya, menulis itu tujuannya adalah sebuah karya yang membebaskan hati. Selama kita enjoy menjalaninya, lantas kita harus tetap menulis dan menulis untuk menemukan genre yang kita nikmati.




Selasa, 14 Desember 2021

Begini 4 Cara Jitu Menemukan Passion yang Bisa Kamu Coba!


 




Apakah Jannati sudah menjalani hidup seperti yang diimpi-impikan? atau masih belum tahu ingin melangkah kemana? Bisa jadi Jannati belum menemukan passion di dalam hidup. Namun tenang saja Jannati, karena Kak Prita, selaku founder dari The Jannah Institute akan membagikan persepsi dan tips bagaimana caranya menemukan passion, simak ceritanya, yuk!

Sebelum mengulik bagaimana caranya menemukan passion, apa sebenarnya arti Passion? Sederhananya arti passion adalah perasaan kuat yang dimiliki seseorang kepada suatu hal. Passion seringkali menjadi akar dari berbagai hal sebelum sesorang melakukan sesuatu. Saking kuatnya hingga beberapa orang bersedia melakukan apa pun meski dengan pengorbanan yang cukup besar. 

Lalu, apakah passion sama dengan hobi? Menurut kak Prita, passion berbeda dengan hobi. Secara umum, passion cenderung kepada aktivitas produktif, sedangkan hobi lebih ke aktivitas konsumtif

Setelah beberapa penjelasan sebelumnya, apakah kamu menemukan passion terbesar mu? Kalau sudah, Selamat kamu sudah menemukan jati dirimu, dan siap melangkah memulai jalur impian nyatamu. Kalau belum menemukannya, Janatti tidak perlu bersedih ya! Masih banyak yang belum menemukan passionnya kok. Maka dari itu, kak Prita akan membagikan tipsnya yang berdasarkan pengalaman pribadinya!

1. Coba Tanyakan kepada Orang sekitar, Kita Lebih Dikenal dengan Keahlian Apa?

Dengan cara seperti ini, kita akan mengetahui bahwa diri kita lebih mumpuni di bidang apa, sehingga penilaian merek terhadap kita bisa di validasi dengan hal yang sudah kita kerjakan. Terkadang, ketika kita hanya mengandalkan persepsi diri kita sendiri, tentu akan mengakibatkan penilaian yang bias atau objektif. 

2. Lihatlah Mayoritas Koleksi Buku atau Film yang Kita Miliki

Mari perhatikan, kebanyakan buku atau film genre apa yang jannati nikmati? Kecenderungan ini akan membantu kita menentukan passion di dalam diri kita sendiri. Bukankah menyenangkan jika kita mengerjakan hal yang paling kita sukai, Jannati?

3. Perhatikan Komunitas yang Sudah di Ikuti 

Dari berbagai komunitas yang sudah Jannati ikuti, kebanyakan bergerak di bidang apa? Jika akftif berkegiatan di komunitas seni, bisa jadi kita memiliki pemahaman dan nilai lebih di bidang seni. Jangan abaikan kata hati kita sendiri, ya!

4. Skill Apa yang Sering Menghasilkan Uang? 

Ketika Jannati sedang terpepet, skill apa yang biasanya Jannati andalkan untuk menghasilkan tambahan? Jika sudah mempunyai skill tersebut, perdalami terus yaa agar kemampuan yang dimiliki semakin tajam dan bermanfaat untuk orang di sekitar kita. 

Dari keempat pertimbangan tersebut, apakah Jannati sudah tahu passionnya lebih condong ke arah mana? Jangan terburu-buru untuk menyimpulkan, coba petakan dulu, renunngkan, dan endapkan 

Jika Jannati sudah menemukan passionnya, yuk baca salah satu postingan blog kak Prita tentang bagaimana caranya merawat passion disini.

Kembali dengan pembahasan passion yang dimiliki kak Prita, passion Literasi yang ia tekuni memiliki berbagai macam turunannya, yaitu membaca & menulis, berbicara atau sharing di depan publik, dan marketing atau mempengaruhi orang lain. Dari metode seperti ini bisa kita contoh untuk tetap menekuni passion yang kita miliki. 

Menurut kak Prita, menjadi muslim yang baik tidak selalu memisahkan urusan dunia dan akhirat, karena landasannya adalah islam yang sangat menjunjung tinggi pengetahuan dan menganjurkan kita menjadi muslim yang produktif. 

Hal itulah yang menjadi awal berdirinya The Jannah Institute, yaitu Knowledgepreneur sebagai caranya untuk merawat passion dan membagikan semangatnya untuk semua orang. Di TJI sendiri ada kelas menulis, blog public speaking yang diadakan secara online. Jika Jannati tertarik untuk mengikuti salah satu kelasnya, silahkan untuk mengunjungi akun Instagram @thejannah.ins 

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah dalam menemukan hal yang kita dambakan di hidup ini. Kita tunggu cerita hebat Jannati dalam menemukan passionnya!


Senin, 13 Desember 2021

Indahnya Mencurahkan Isi Hati Melalui Puisi



 


Menurut Jannati, apakah puisi ampuh untuk mencurahkan isi hati yang terdalam? Walaupun iya, tetapi saat ini sudah jarang yang mendalami seni berpuisi. Oleh karena itu, dalam sesi Book Review di hari jumat, 27 Agustus 2021. TJI berkesempatan menghadirkan salah satu penulis buku kumpulan puisi yang berjudul; 99° Celsius. Simak cerita dibalik pembuatan bukunya, yuk!


Pemateri sesi Book Review kali ini adalah Rindi Wulandari, yang merupakan alumni kelas IG dan Ps for Mom batch 6. Ia bercerita tentang buku solo kumpulan dari puisi ciptaannya. Alasannya untuk membuat buku kumpulan puisi karena sebagai media untuk mencurahkan isi hatinya semenjak di bangku sekolah dahulu.

Poster TJI Book Review - 99° Celsius


Lebih tepatnya, kak Rindi menuturkan bahwa The Jannah Institute adalah salah satu jembatan untuk dirinya mencoba menulis lagi, karena sudah cukup lama ia tidak menulis, namun setelah mengikuti kelas Instagram yang dimentori oleh kak Prita, selaku pendiri TJI,Akhirnya kak Rindi  memulai kembali mencicil menulis. 



 Awalnya untuk caption Instagram, lalu mengikuti kelas menulis antologi, sampai akhirnya mencoba untuk ikut membuat buku solo ini (read: 99° Celsius)


Cover Buku 99° Celsius


Menurut kak Rindy, di jaman sekarang mungkin sudah jarang sekali menemukan orang yang suka membaca puisi, tetapi bagi pribadi kak Rindy sendiri, puisi seperti sesuatu yang tidak bisa hilang, bait demi bait nya mampu mencurahkan segala hal yang bergejolak di dalam dada. 



Lalu, kak Rindi menambahkan bahwa proses untuk seorang penulis baru yang tidak memiliki latar belakang sebagai penulis tidaklah mudah. Namun, harapan besar yang ia miliki membuatnya berhasil menghadirkan satu buku yang keseluruhan isinya adalah puisi buatannya sendiri. 



Di setiap bait puisi yang dituliskan kak Rindi, tercurahkan rasa suka, duka, maupun bahagia yang pernah ia rasakan. Serta dituliskan di waktu dan tempat yang berbeda. Semua ini berawal  dari ia tinggal di Sidoarjo, lalu melakukan perjalanan menuju Bandung, Bandung ke Jakarta, hingga perjalanan dari Jakarta menuju Sumatera Barat. 



Pada awalnya, kak Rindi berpikir bisa menyelesaikan buku puisi ini saat masih berada di Sidoarjo, namun takdir berkata lain ketika ia dan suami harus kembali ke kampung halaman mereka, Sumatera Barat, yang membutuhkan perjalanan cukup panjang karena beberapa kepentingan. Disaat itu kak Rindy memanfaatkan waktu untuk mencicil bait-bait dalam buku ini.


Perjalanan buku puisi ini cukup panjang seperti halnya dalam kisah yang tertuang disana, bahkan kak Rindy hampir menyerah dan tidak yakin untuk menyelesaikan tulisan ini. 


Namun keberuntungan masih berpihak kepada kak Rindi, dalam masa-masa isolasi mandiri di awal juli kemarin ia kembali diberi kesempatan untuk menyelesaikan tulisan ini, rasa sakit disaat itu memberinya semangat dan ide-ide lebih luas hingga kak Rindy mampu menyelesaikan total 99 puisi. 


Buku puisi tersebut berisikan suka-duka kehidupan, inspirasi, semangat dan tentang indahnya kuasa Allah SWT. Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya puisi itu alay dan lebay, kenyataannya kak Rindi mencoba memberi persepsi lain bahwa puisi adalah salah satu media penyampaian isi hati yang mungkin akan sampai ke hati para pembacanya. 


Berikut adalah daftar kumpulan puisi dari buku 99° Celcius - Kelana Semesta, yang terdiri dari 9 sub-bab judul yang masing-masing babnya terdapat 11 puisi, yaitu:

  1. Skala Cinta: Anugerah Terindah, Kisah Sebuah Langkah, Kasih Ukhuwah, Permata        Wanita, Selamat Datang Cita, Cinta Pertama, Seberkas Cinta, Janji Suci, Dekapan Mawaddah, dan Sabda Cinta. 

  2. Titik Beku Penantian: Janji Hari Jejak Eksistensi, Jerat Lusi, Gadis Penakluk, Sebaris Perjalanan Usia, Hanya Angan, Ujung Takdir, Asa, Bilamana, Tetes Pengharapan, dan Perjumpaan Rasa

  3. Titik Didih Kerinduan: Cahaya Jingga, Denting Senja, Tautan Hati, Cinta di Bersenja, Ratap Dini Hari, Seberkas Kerinduan, Detik Detakkan Rindu, M Rab Rindu, Bukan Lusi, Debur Luka, dan Bulir kerinduan

  4. Konversi Rasa: Semua berbeda, Pagi Bulan Oktober, Menempa Sukma, Lentera Malam, Sejuta Warna Cinta, Biduk Sunyi, Selaksa Luka, Kisah Penerbangan, Renungan Diri, Luka Hati, dan Akhti Indah 

  5. Cuaca Hati: Sudut Kota, Topeng Jiwa, Layang Asa, Rona Bianglala, Teater Patah Hati, Pengaduan dalam Doa, Bangkit, Gemuruh Kalbu, Pencarian Jati Diri, Risau, dan Ratap

  6. Dinginnya Asa: Apa Itu cinta, Luluh Lantah, Meramu Jiwa, Wayang Sunyi, Perempuan di Tanah Sunyi, Hujan di Sudut Kisah, Sebentuk Hati yang Berani, Semu di Ujung Senja, Harap, Jumpa Untuk Bersama, dan Hikmah. 

  7. Zat Kehidupan: Lembah Mimpi, Koper Patah, Ibu Kota, Hingga Akhir, Melodi Tanah Rantau, Gang Sempit Punya Cerita, Cerita Nasi Kuning, Cerita Musim Semi, Menanti Nyata, Riak Keindahan, dan Gadai Mimpi

  8. Molekul Rasa: Mencari Arah, Rumah Gadang (Rumah Besar), Suatu Pagi di Monas, Sepotong Dunia, Deru Keyakinan, Sebait Rindu, Kepingan Rasa, Setapak Impian, Damba dalam Buai Duka, Bahagia Menanti, dan Segenggam Lara

  9. Pemujaan Logika: Pecel Ayam Jakarta, Pendakian Mimpi, Lakon Takdir, Tembang Negeri Tiran, Angin Musim Gugur, Merajut Kisah, Jalan terbaik, Lelah, Tekad Rindi, Kijang Jalang, dan Akhir Perjalanan. 

Terlebih lagi, kak Rindi menyajikan dua cuplikan puisi yang ada di dalam bukunya spesial untuk Janatti di Sesi TJI Book Review kali ini, yaitu:

 SEBARIS PERJALANAN USIA

 

Sendu kala malam beradu

Kuterima kabar duka darimu

Tak pernah sedikitpun kubayangkan

Selimut duka kau layangkan

 

Tertatih kakiku, merintih laraku

Sisa detik yang kita punya

Kala azan Magrib berkumandang

Sesaat sebelum engkau melayang

 

Ku tak tau cinta keberapa engkau dalam jiwa

Namun kuyakini pasti kau cinta sejati

Ku tak tau kapanlah masa kan bersua

Namun kuyakin pasti selalu dalam hati

 

Sisa-sisa angin duka terasa sesak

Menyimpan kenangan yang kita punya

Bersama kita semenjak ku masa kanak

Hingga tiada terasa kini kau menua

 

Padang, 8 Juli 2021

 

 ASA

 

Overthinking membuatku makin sinting

Di sekelilingku tatap hanya bergeming

Diamku dalam hentakan hening

Pusing tujuh keliling

 

Semoga yang sakit segera bangkit

Segala yang gundah segera indah

Tiada lagi fitnah-fitnah

Yang menyebar tak tentu arah

 

Susah memang namun bismillah

Jangan hanya gundah merekah

Namun pastikan jangan kalah

Percaya saja takkan lemah

 

Padang, 19 Juli 2021

Sungguh Indah bukan cuplikan Puisi dari kak Rindi ini? Jika Jannati  penasaran untuk membaca keseluruhan isi puisinya, silahkan order buku ini melalui Instagram @scarakaid. Semoga semua karya kak Rindy bisa menggugah hati Jannati untuk mencurahkan isi hati melalui puisi.