Maret 2020

Minggu, 22 Maret 2020

Review Buku : 64 Sahabat Teladan Utama




Jannati, siapa disini yang suka baca shirah atau yang berhubungan dengan sejarah masa lampau? Bisa lho menghidupkan shirah dari rumah melalui buku 64 Sahabat Teladan Utama yang diterbitkan oleh Sygma Daya Insani ini. Shirah adalah salah satu cara pembelajaran dan teladan yang baik, terutama dimulai dari usia dini pada anak-anak. Buku ini salah satu rekomendasi terbaik supaya anak bisa mengenal sosok sahabat-sahabat yang hebat untuk dijadikan idola. Buku ini kemudian dikenal dengan sebutan  64 STU. 

Awalnya saya melihat buku ini dari status seorang teman di media sosial, yang kebetulan menjual buku-buku islami bergizi. Pada saat itu ada diskon dari penerbit di akhir tahun, saya pun segera mengambil kesempatan ini. Ketika bukunya sampai, anak saya tidak sabar untuk membacanya. Yes, cukup mengalihkan mereka dari gadget. 

Shirah tentang Rasulullah  SAW dan para sahabatnya selalu menarik untuk dibaca. Sygma Daya Insani banyak menerbitkan buku-buku shirah yang sangat bermanfaat. Salah satunya adalah buku 64 Sahabat Teladan utama ini. Buku ini dilengkapi dengan gambar,  hadits, dan kosa kata Bahasa Arab beserta artinya.

Ada 14 buku dalam 1 paket 64 STU ini, beberapa diantaranya berbentuk komik sehingga dapat merangsang minat anak-anak untuk membaca. Buku ini bukan hanya bagus untuk anak-anak, tetapi untuk orang dewasa juga sangat bermanfaat. Sebagai pengingat tentang shirah dan dapat menjadi media untuk lebih dekat dengan anak. Agar anak kita mencintai Allah, Rasul, dan para sahabatnya. 

Paket 64 STU ini terdiri dari 14 judul yaitu :


Yang berbentuk cerita disertai gambar :

1 Khalifah Pertama : Abu Bakar Ash Shiddiq
2 Singa Padang Pasir : Umar bin khattab
3 Pemilik Dua Cahaya : Utsman bin Affan
4 Singa Khaibar : Ali bin Abi Thalib
5 Pembela Islam Ahli Surga : Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam
6 Pedagang Dermawan Ahli Surga
7 Tetangga Rasulullah di Surga : Said bin Zaid dan Abu Ubaidah
8 Para Pemimpin Bidadari Surga : Khadijah binti khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq, Fatimah Az Zahra, Asma Binti Abu Bakar

Sedangkan yang berbentuk komik :

9.  Para Pemburu Surga : Mus'ab bin Umair, Salman Al farisi, Abu Dzar Al Ghiffari, Bilal bin Rabah, Abdullah bin Umar, Shuhaib, Mu'adz bin Jabal, Miqdad bin Amr dan Hamzah.

10. Para Perindu Syahid : Abdullah bin Mas'ud, Hudzaifah Al Yaman, Ammar bin Yassir, Ubadah bin Shamit, Amr bin Al Ash, Khabbab bin Al Arat, Utsman bin Mazh'un, Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah.

11. Para Pahlawan Islam : Khalid bin Walid, Umair bin Wahb, Abu Darda, Zaid bin Khattab, Umair bin Sa'ad, Zaid bin Tsabit dan Khalid bin Sa'iq

12. Para Pencari Hidayah : Abu Ayyub Al Anshari, Abbas, Abu Hurairah, Al Barra, Utbah bin Ghazwan, Tsabit bin Qais, Usaid bin Al Hudhair, Abdullah bin Ammar dan Amr bin Al Jamuh.

13. Para Pembela Nabi : Ubay bin Ka'ab,  Saad bin Ubadah, Usamah bin Zaid, Abdullah bin Amr bin Ash, Abu Sufyan bin Harits, Imran bin Hushain dan Anas bin Malik masuk dalam sahabat pembela nabi. 

14. Para Pecinta Kebenaran : Salamah bin Al Akwa, Abdullah bin Abbas, Abbad bin Bisyir, Suhail, Amr bin Ash, Abdullah bin Qais dan Salim. 

Ada bonusnya juga lho... Apa aja sih bonusnya?
  • Puzzle berbentuk balok yang terdiri dari 6 gambar yang bisa dibolak balik
  • Peta sejarah kekuasaan Islam
  • Biografi singkat ilmuwan muslim

Kelebihan 64 STU Versi Saya

Bahasanya yang mengalir membuat kita ingin membacanya sampai akhir. Ada juga 6 buku yang berbentuk komik sehingga membuat anak-anak balita yang belum bisa membaca juga tertarik untuk membukanya. 

Kelebihan buku ini kertasnya bagus, tidak mudah robek, hard cover disertai gambar dan ilustrasi menarik. Selain mengetahui kisah-kisah para sahabat yang dapat diteladani, kita disuguhkan dengan kutipan-kutipan hadits dan kosa kata Bahasa Arab beserta artinya. 

Selesai aktivitas membaca buku, kita bisa bermain puzzle untuk mengasah otak dan kreativitas. Membaca merupakan jalan untuk membuka jendela dunia. Dengan membaca buku 64 STU ini dapat membuka cakrawala kita pada masa-masa yang dilalui para sahabat tersebut. Sehingga kita bis amenjadikannya teladan di masa sekarang.

Jannati pastiny asetuju kan kalau kita sebagai manusia adalah makhluk pembelajar? Belajar dari pengalamani diri sendiri maupun melalui orang lain, terlebih para nabi dan para sahabat. Karenanya, shirah adalah pembelajaran yang baik. Sepertiga Al Qur'an berisi tentang kisah. Alangkah baiknya bila berkisah tentang sejarah nabi dan para sahabatnya. 

Jika jannati ingin mengenalkan shirah kepada ananda dan melengkapi perpustakaan keluarga, buku ini bisa menjadi pilihan sekaligus investasi jangka panjang. Saya sudah membuktikannya.


- The Jannah Institute -



Kontributor : Syafrida Yunita
Foto : dokpri
  

Menjadi Guru itu Tantangan : Sebuah Pengalaman


Mengajar, Pendidikan, Sekolah, Kelas, Pengajaran


Saya Sun, panggil saja begitu. Ini adalah tulisan pertama saya. Kali ini, ijinkan saya bertanya, siapa sih yang tidak mengenal kata GURU?

Iyap, suatu profesi yang membuat ungkapan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" menjadi begitu melekat dengan profesi guru. Bukan tanpa alasan kalau profesi guru mendapat sebutan itu, sudah banyak cerita, kisah, peristiwa, dibalik penyebutan istilah guru.

Banyak cerita sedih yang akhirnya bisa mengantar pada kesuksesan yang diidam-idamkan dalam karir, menjadi PNS misalnya. Tapi tak sedikit pula cerita sedih perjuangan guru yang setelah sekian puluh tahun tetap saja masih berstatus honorer. Bahkan, ada segelintir kisah juga yang akhirnya harus menyerah dan vakum dari profesi mulia itu. Salah satunya adalah saya sendiri.

Selama kurang lebih empat tahun, terhitung dari tahun 2012 sampai terakhir 2016, alhamdulillah saya sudah menjadi guru di beberapa tempat, baik itu guru sekolah dasar umum maupun guru bimbel. Ada beberapa pengalaman yang ingin sekali saya bagi, boleh ya? 

Pertama, saat saya menjadi asisten guru di bimbel tempat kakak saya, benar-benar pengalaman tak terlupakan. Saat itu, perjuangan membagi waktu antara mengajar di pagi hari dan setelah Dzuhur mengajar bimbel, rasanya tak mudah. Perjalanan yang cukup jauh antara tempat tinggal saya di Jakarta Timur ke tempat bimbel yang berada di Jakarta Selatan, ditempuh dengan menggunakan transportasi rute Kampung Melayu-Tanah Abang. Saat keberangkatan, saya masih bisa mendapatkan kursi karena berangkat langsung dari terminalnya. Tetapi saat pulang, subhanallah, saya harus rela berdiri di pinggir pintu saking padat dan sesaknya dengan ibu-ibu yang selesai kulakan di Pasar Tanah Abang.

Tidak terbayang betapa lelahnya hanya untuk mengajar selama satu jam. Saking lelahnya, akhirnya menjadikan saya tidak fokus saat turun, dan membuat saya sempat beberapa kali terjatuh dari bus tersebut. Pernah pula terseret beberapa meter. Tapi, alhamdulillah masih diberikan kesempatan hidup sampai hari ini oleh Allah.

Pengalaman kedua adalah saat saya mengajar di SD Swasta. SD itu muridnya hanya sedikit, dan mungkin masuk ke kategori SD untuk kalangan kaum papa. Murid-murid  laki-laki super aktif. Sayangnya, aktif disini dalam pengertian kurang baik. Seperti mereka selalu keluyuran saat jam pelajaran untuk bermain bola, bolos dan kabur dari kelas untuk bermain PS, bahkan paling parahnya saat salah seorang dari murid lelaki hampir menonjok saya saat saya tegur kelakuannya menjahili anak perempuan.. Benar-benar tidak ada rasa hormat sama sekali terhadap guru.. Belum lagi pemikiran mereka akan gampangnya pemberian nilai walaupun kelakuan minus tetap mereka lakukan, bahkan saat saya mengancam akan memberikan nilai jelek maka dengan entengnya mereka berkata "nanti juga bakalan diubah menjadi bagus sama kepala sekolah..." Subhanallah.. 

Banyak tantangan dan kesulitan saat saya menghadapi mereka. Sampai suatu kali saya menangis di kantor saking kewalahannya. Pernah suatu saat juga setelah istirahat, anak didik saya yang laki-laki menghilang semua, setelah saya telusuri, ternyata mereka tetap asyik bermain sepak bola di belakang sekolah padahal bel masuk pelajaran telah 20 menit berlalu.

Itu baru sedikit sekali dari kelakuan 'ajaib' mereka. 

Kalau diingat sekarang, kadang saya jadi geli sendiri. Masih teringat saat saya sambil memegangi rok supaya tidak terkena tanah lumpur harus ngomel-ngomel menyuruh mereka supaya masuk kelas.

Pengalaman lain saat mengajar di SD itu adalah ketika saya diutus untuk mewakili sekolah. Dan kami bertiga melakukan tes diagnostik, tes yang selalu dilakukan para wali kelas 4,5, dan 6, tes dengan mengujikan pelajaran yang akan dibuat ujian akhir. 

Saya yang kurang menguasai pelajaran Matematika akhirnya mengikuti les privat dengan guru matematika yang kebetulan juga wali kelas 5. Hal ini menunjukkan bahwa kami para guru pun tetap harus selalu menambah ilmu juga kan, tidak stagnan di satu tempat.  Terlebih, sekarang serba elektronik, raport pun sudah menjadi e-raport. Belum lagi yang lain. Karena itu, guru-guru juga mesti membekali dengan literasi digital. Sehingga bisa mengikuti tren belajar siswa di jaman yang serba digital dengan adanya inovasi teknologi.

Nah, pengalaman terakhir yang akan saya ceritakan dan yang paling tak terlupakan adalah saat saya mengajar pelajaran agama di sekolah National Plus

Dari awal saya diwanti-wanti jangan sampai menyinggung agama lain, karena walaupun mayoritas murid beragama muslim, tapi owner dan guru-guru mayoritas non muslim.

Semula saya pikir masih tidak terlalu sulit, tapi ternyata berat juga dalam penyampaian materi terutama dalam penyampaian halal dan haram. Murid pun kritis dan membuat saya kewalahan berusaha untuk sehati-hati mungkin menyampaikan supaya jangan sampai menimbulkan salah paham. 


Yang paling bikin nyesek saat seorang murid perempuan datang kepada saya untuk curhat menanyakan mengapa nilainya bukan nilai yang sempurna. Ia datang dengan wajah yang sangat sedih, saat saya menanyakan alasannya mengapa dirinya sedih, ia mengatakan ibunya memarahinya dan menyuruhnya harus mendapat nilai sempurna dalam pelajaran agama, bahkan mengancam akan memasukkan dia ke agama lain.

Saya pun merasa bersalah, walaupun memang kemampuannya hanya mampu mendapat nilai 90, tapi tuntutan sempurnanya itu membuat saya jadi serba salah. Karena 

Nyatanya, pelajaran agama tidak segampang hanya menghafal surat pendek misalnya, pelajaran agama juga mencakup keseluruhan aspek, baik itu budaya, sejarah, maupun aspek lain yang tidak gampang dipelajari. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun masih banyak yang berbeda pemahaman dan pandangan terhadap agamanya sendiri.

Dari pengalaman-pengalaman itulah, saya berkesimpulan bahwa setiap pekerjaan dan profesi apapun itu tetap mempunyai tantangan masing-masing, pun tetap mempunyai tingkat kesulitan masing-masing. Saling respect satu sama lain akan membawa sikap saling menghargai, apapun profesi kita.

Semoga guru akan selalu jadi pahlawan tanpa tanda jasa. Dan juga melawan stigma negatif peran guru akhir-akhir ini yang mewarnai fenomena tak diinginkan di kalangan generasi kita. Semoga sekolah akan tetap aman, nyaman, berkualitas, dan mengajarkan budi pekerti yang menjadi bekal moral anak didik.

Meskipun sekarang saya harus melepaskan profesi keguruan saya dan beralih profesi menjadi online seller atau penjual online. Tapi setidaknya saya tetap berada pada jalur pendidikan, karena salah satu produk saya adalah buku dan alat penunjang edukasi anak.. 

Bukankah pejuang pendidikan itu tak selamanya harus guru, bahkan seorang ibu rumah tangga pun bisa menjadi pejuang pendidikan selama mereka mengajarkan pendidikan budi pekerti dan akhlak yang baik kepada anaknya, karena sesungguhnya pendidikan pertama dan utama berasal dari keluarga.

Salam dari saya, Sun, seorang yang tak pernah berhenti belajar sebagai pendidik, bermula dari rumah. Seperti yang saat ini saya lakoni.



- The Jannah Institute -


Kontributor : Sundari, Madiun
Foto : pixabay.com, dokpri