Tips Jitu Membuat Kakak Adik Akrab : Lewat Zero Waste? Bisakah?

Kamis, 10 Februari 2022

Tips Jitu Membuat Kakak Adik Akrab : Lewat Zero Waste? Bisakah?


 


Kakak dan adik memiliki ikatan satu darah. Bila ikatannya terpecah belah, maka sistem keseimbangan tubuh akan hancur dan melebur menjadi ikatan tak bermakna,” kata Bunda Suci Wullandary menutup sharing session di tanggal 21 Januari 2022 itu. 

Jika kita mengingat masa kecil, mungkin salah satu momen yang terbersit adalah pertengkaran dengan saudara. Mulai dari saling berteriak, lalu saling adu fisik, dan diakhiri dengan adu tangis. Betul, enggak, Jannati? 

Pertengkaran ini memang tidak bisa dihindari. Memang di satu sisi akan membuat suasana menjadi bising. Namun, di sisi lain akan menjadikan hubungan kakak beradik semakin akrab. Dunia anak memang selalu unik. 

Sharing session yang diadakan di WAG Parents Club TheJannahIns pada tanggal 21 Januari 2022 menobatkan Bunda Suci Wullandary sebagai narasumber. Beliau merupakan mombloger, mentee Public speaking for mom #6, kelas Online Writing Class, kelas caption instagram, dan kelas blog. Semua kelas di TJI sudah dijelajahi oleh Bunda Suci, kecuali public speaking for youth dan kidz. Karena dari segi umur sudah tidak memungkinkan, ya. 😆

Pada kesempatan kali ini, Bunda Suci membahas tentang cara mengakrabkan kakak dan adik lewat aktivitas zero waste. Jadi, Bunda Suci ini memang tengah membiasakan diri untuk aktif pada gerakan zero waste. Jannati bisa melihat aktivitas beliau di instagram @suci_wullandary. Di sana, akan terlihat bagaimana usaha beliau dalam mengajarkan zero waste kepada anak-anak beliau yang umurnya berjarak kurang dari dua tahun. Masya Allah. 

Cara Agar Kakak Adik Semakin Akrab

Meski sering bertengkar, tetapi antar saudara sebenarnya memiliki bahasa khusus untuk kembali akrab. Namun, peran orang tua untuk mengusahakan keakraban saudara juga penting dilakukan. Berikut beberapa trik yang bisa Jannati lakukan. Cara ini berlaku untuk kegiatan apa pun, ya, Jannati. Tidak hanya untuk aktivitas zero waste.  

1. Menyadari bahwa setiap anak berbeda dan unik. 

Menyadari bahwa setiap anak berbeda dan unik (sumber : presentasi suci wullandary) 

Meski dilahirkan dari rahim yang sama, kakak dan adik tentu memiliki cara bersikap dan karakter yang berbeda. Untuk membuat mereka kompak, kita hendaknya harus memenuhi dulu tangki cintanya. Caranya dengan mendekati mereka sesuai dengan apa yang disuka. Meski hal ini terdengar mudah, tetapi dalam implementasinya lumayan menguras energi. Mungkin yang memiliki anak lebih dari satu, sudah paham, ya, Jannati. 

2. Jangan Pilih Kasih

Jangan pilih kasih  (sumber : presentasi suci wullandary) 

Memiliki anak lebih dari satu, membuat orang tua dituntut untuk bisa berlaku adil. Terutama dalam segi kasih sayang. Dengan membuat mereka tidak merasa dibedakan, akan terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya. 

Pembagian tugas antara ayah dan bunda jika memungkinkan juga perlu dilakukan. Misalnya, bunda sedang mengajari kakak tentang suatu hal, maka ayah yang akan menemani adik bermain. Begitu pula sebaliknya. 

3. Jangan Memaksa Anak

Jangan memaksa anak  (sumber : presentasi suci wullandary) 


Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga berhak untuk mengatakan tidak pada apa yang tidak disuka atau saat dia lelah. Karena itu, jangan memaksa mereka. Jannati bisa mengalihkan perhatiannya dengan sesuatu yang disuka, lalu pelan-pelan diarahkan. Bisa juga dengan mengalihkan kegiatan ke lain waktu. 

Dengan menghormati keinginan anak, nantinya mereka akan mau mendengarkan orang tuanya. Dengan begitu, kegiatan bersama akan semakin  menyenangkan. 

Pada kesempatan ini, Bunda Suci juga mencontohkan sikap menghadapi anak saat mereka maunya main saja. Biasanya beliau akan bertanya kira-kira sampai berapa menit? Misal, dua puluh menit. Maka setelah waktu itu berakhir, anak akan diarahkan untuk bermain permainan lain yang mendukung pembelajarannya. Seperti aktivitas zero waste ini misalnya. Awalnya memang terlihat hanya seperti bermain saja. Padahal dari sini anak juga belajar fokus, motorik halus, motorik kasar, komunikasi dan lainnya. Jangan lupa untuk memilih narasi yang baik agar anak tetap merasa dihargai. 

Sementara menurut Bunda Widya Esty, salah satu peserta di grup WAG Parents Club TheJannahIns. Bahwasanya, beliu dan suami merupakan tipe orang tua yang menuntut anak untuk bersikap patuh. Bukan dengan cara memaksa, tetapi dengan pemberian pemahaman. Beliau akan memberi tahu alasan, manfaat, dan keburukan tentang suatu hal, sehingga anak memahami dan bisa menerima. 

4. Libatkan Anak dalam Aktivitas Bersama

Libatkan anak dalam aktivitas bersama (sumber : presentasi suci wullandary) 


Melibatkan anak untuk mengerjakan sesuatu bersama-sama akan membangun bounding antar keduanya. Tentunya harus kegiatan yang terlihat menarik dilakukan. Selain anak akan merasa dihargai, juga akan menambah kedekatan mereka. 

Jika pada aktivitas zero waste, Bunda Suci mengajak mereka untuk menyiram tanaman bersama, mengompos, menghitung jumlah sampah yang dihasilkan hari ini, hingga membaca bersama. Semua itu nyatanya ampuh untuk memupuk kekompakan mereka. 

5. Ingatkan Kakak Adik untuk saling menyayangi

 Ingatkan kakak dan adik untuk saling menyayangi (sumber : presentasi suci wullandary) 


Saat terjadi pertengkaran antara kakak dan adik, hendaknya mereka diingatkan tentang hubungan mereka. Saling kesal tak apa, tetapi harus tahu batasnya. Jangan berlebihan. Karena sebagai saudara kandung haruslah saling menyayangi. 

Bagaimanapun, bertengkar adalah cara mereka berinteraksi satu sama lain. Jika orang tua mampu meramu dengan tepat, maka akan semakin eratlah ikatan persaudaraan diantara mereka. 

Kelima tips di atas bisa dilakukan lewat aktivitas apa pun. Tidak hanya berkutat pada zero waste, ya, Jannati. 

Manfaat Aktivitas Zero Waste bagi Anak-anak

Setiap aktivitas yang dibarengi dengan pemberian informasi baru, sedikit banyak pasti akan memberikan manfaat. Begitu pula  dengan aktivitas zero waste. Berikut beberapa diantaranya. 

1. Anak lebih peduli dengan lingkungan. 

2. Anak mampu memahami apa itu sampah dan bagaimana cara mengolahnya. 

3. Anak bisa membedakan mana sampah organik dan sampah anorganik. 

4. Dll. 

Sekilas Tentang Zero Waste

Dilansir dari web zerowaste.id, zero waste adalah filosofi yang dijadikan gaya hidup untuk mendorong seseorang untuk bijak dalam mengonsumsi dan memaksimalkan siklus sumber daya, sehingga produk dapat digunakan kembali. Meski begitu, zero waste tidak hanya soal recycle. Karena tujuan utamanya adalah menghindarkan sampah agar tak masuk ke pembuangan akhir. 

Menurut Bea Johnson dari zero waste home, ada istilah 6R dalam zero waste, yang terdiri dari Rethink/ menolak (pemakaian plastik misal), Refuse/ mengurangi, Reduce/ menggunakan kembali, Recycle/ daur ulang, dan Rot/ membusukkan. 

Dari aktivitas 6R di atas, ternyata Bunda-bunda di grup WAG Parents Club TheJannahIns juga melakukan hal itu. Seperti kata Kak Prita, selaku founder The Jannah Institute yang juga mengaplikasikan zero waste ini dalam rumah tangganya. Beliau mengumpulkan sampah plastik yang masih layak jual dalam kondisi sudah dicuci kepada pemulung yang biasanya lewat. Untuk yang tidak layak jual, diberikan kepada bank sampah. Sementara untuk sampah organik dibuang di lahan kosong untuk dimakan hewan pengerat agar tidak masuk rumah. Selain itu, ada juga yang ditanam di depan rumah, lho. Harapannya, sampah-sampah organik ini akan berubah menjadi kompos dengan sendirinya. 

Sedikit berbeda dengan Bunda Suci. Beliau  mengumpulkan sampah organik untuk diberikan kepada tetangga untuk membuat kompos. Karena keluarga Bunda Suci belum memiliki tanaman sendiri. Sementara, untuk sampah anorganik digunakan kembali atau digunting-gunting menjadi ecobrick. Kebetulan untuk bank sampah di daerah rumah Bunda Suci yang berada di Malaysia belum dibuka. Jadi, masih berupa banner yang rencananya akan hadir di sebuah mall besar. 

Pengaplikasian ecobrick sebenarnya merupakan solusi yang tepat. Karena untuk memenuhi satu botol penuh, nyatanya Jannati harus mengumpulkan banyak sekali sampah plastik. Ecobrick memang harus dibuat sepadat mungkin dari hasil potongan plastik bekas. Agar terhindar dari semut dan hewan-hewan kecil lain, plastik bekas juga harus dicuci dan dikeringkan. Jika perlu, Jannati juga bisa menggunakan sabun agar lebih bersih. 

Ecobrick ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Mulai dari meja, kursi, hiasan dinding, hingga rumah. Tentu saja dalam hal ini membutuhkan sampah plastik yang tak sedikit. Karena ecobrick dianggap berkualitas jika saat botol ditekan tidak kempes dan tidak menimbulkan bunyi. Jannati tentu bisa bayangkan bagaimana kepadatan dari bata yang bermanfaat untuk kelestarian lingkungan ini. 

Jadi, yuk ajak anak-anak kita untuk kumpulkan dan pisahkan sampah. Karena satu langkah kecil, akan berdampak besar jika terus-menerus dilakukan. Anak-anak kompak, lingkungan pun nyaman. 


Oleh. Alan Zakiya



1 komentar :