Menjadi Sahabat yang Baik Bagi Anak

Senin, 24 Januari 2022

Menjadi Sahabat yang Baik Bagi Anak


 

“Selamat menjadi sahabat yang baik bagi anak-anak ya Bunda! Semoga menjadi Bunda yang senantiasa dirindukan anak-anakmu❤️.” Kalimat itu adalah pesan penutup dari Bunda Diva Zahra. Seorang full mom dengan seorang anak berumur dua tahun tujuh bulan. 

Ada yang meriah di WAG Parents Club TheJannahIns pada tanggal 14 Januari 2022 kemarin. Jika biasanya grup ini sunyi senyap, kali ini berbeda. Para penghuni grup muncul menyampaikan unek-uneknya terkait buah hati mereka. Ada yang bertanya, ada pula yang ikut sharing tentang bagaimana cara mereka merangkul anak-anak. Sungguh, ya, Jannati. Menjadi orang tua itu seni. Kita harus pintar-pintar mencari celah agar anak senantiasa bahagia. Dengan begitu, diharapkan stimulus dan pemahaman tentang agama serta kehidupan bisa melekat di memori. 

Tema sharing session kali ini pun membahas hal yang sama. Yakni seni menjadi sahabat bagi anak. Untuk memahami dan mengetahui apa saja yang dialami anak, saling bercerita merupakan cara yang tepat. Karena dengan begitu, anak akan merasa dipercaya. Tanpa perlu diawasi terus menerus dan dilarang ini itu. Namun, bagaimana cara membuat anak merasa senyaman itu? Inilah yang dibahas di sharing session WAG Parents Club TheJannahIns, dengan narasumber Bunda Diva Zahra dan moderator Alan Zakiya.

Bunda Diva Zahra ini adalah seorang fulltime mom dari seorang anak bernama Kahiyang, berumur dua tahun tujuh bulan. Beliau berdomisili di Jember dan merupakan alumni dari kelas Instagram di The Jannah Institute dan freelance writing. Sekarang, beliau juga tengah mengasah kemampuannya di kelas Public Speaking for Mom #13 yang diadakan oleh TJI. 

Trik Menjadi Sahabat Bagi Anak

Ada beberapa trik yang bisa Jannati lakukan terkait upaya pendekatan diri terhadap anak. Trik ini, Bunda Diva dapat dari buku Menjadi Bunda Yang Dirindukan karya Muhammad Syafiie El-Bantanie. Berikut ini adalah keenam triknya. Simak, ya, Jannati. 

1. Masakan Bunda

Kangen masakan bunda (dok. Bunda Diva Zahra) 

Trik yang pertama adalah makanan. Jannati bisa mendekati buah hati dari lidah dan perutnya. Berikan anak makanan yang tak hanya enak, tapi juga halal dan toyyib (baik/ sehat). 

Kelak, saat anak semakin tumbuh menjadi remaja atau bahkan dewasa, maka dia akan merindukan nikmatnya masakan bunda. Maka, kemana pun dia akan pergi nanti, semoga dia ingat untuk pulang. 

2. Mengobrol hangat penuh canda tawa

Mengobrol hangat penuh canda tawa (dok. Bunda Diva Zahra) 

Masa remaja dan dewasa adalah masa yang kritis. Emosi yang belum stabil, membuat mereka sering kali kebingungan dan membuat keputusan yang salah. Karenanya, sebelum masa itu datang, yuk, dekati anak kita, Jannati. Caranya bisa dengan mencium pipi atau puncak kepalanya ketika akan berangkat atau pupang sekolah. Maka dengan begitu, dengan sendirinya mereka akan datang untuk berbagi cerita. 

3. Mendengarkan keluh kesah anak

Mendengarkan curhatan anak (dok. Bunda Diva Zahra) 

Jika ada keterampilan yang wajib dimiliki seorang bunda, mungkin salah satu jawabannya adalah mendengarkan. Banyaknya masalah yang dialami remaja adalah karena tidak adanya suport system yang baik di keluarga. Bundanya terlalu sibuk dengan karier atau mungkin dirinya sendiri, sehingga kurang peka terhadap perasaan anak. 

Keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, membuat mereka membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Karena itu, jangan langsung memberi nasehat atau saran. Cukup dengarkan sembari memberi pelukan atau usapan di pundak. 

4. Mengakrabi anak dengan memijat

 Mengakrabi anak lewat memijat (dok. Bunda Diva Zahra) 

Saat anak dipijat, maka dia akan merasakan relaksasi dan kenyamanan, sehingga emosinya akan lebih stabil. Di saat itulah Bunda bisa “mengorek” informasi tentang kehidupannya. Sementara, waktu yang tepat untuk menjalankan misi  tersebut adalah sebelum tidur. Nantinya, anak tidak akan merasakan pijatannya, tetapi kasih sayangnya. Dengan begitu, anak akan merasa diperhatikan. 

5. Antara mendengarkan dan menasihati

Antara mendengarkan dan menasihati (dok. Bunda Diva Zahra) 

Sebelum memberikan nasehat kepada remaja, terlebih dahulu seorang bunda haruslah menjadi pendengar yang baik. Karena keterampilan mendengarkan, erat kaitannya dengan pengasuhan. 

Ada beberapa cara untuk mewujudkan hal tersebut. A) Carilah waktu dan cara yang tepat untuk buah hati, B) dengarkan terlebih dahulu curahan hatinya, C) ajak anak berpikir (manfaat, kerugian, prioritas, tujuan, dll), D) gunakan kata yang mudah dipahami. Karena nasihat ini nantinya akan memberikan kesan yang mendalam bagi anak. 

Lima Bahasa Kasih

Lima bahasa kasih (dok. Bunda Diva Zahra) 

Saat seseorang menjadi orang tua, berarti dia telah berkomitmen untuk menjadi dunianya anak, ya, Jannati. Karena itu, orang tua harus mengetahui bahasa anak, agar bisa mengarahkan mereka dengan lebih mudah. Berikut kelima bahasa kasihnya. 

1. Verbal (kata-kata), misalnya dengan :

a) Momen anak memerlukan perhatian dan kasih sayang dari bundanya karena sedang dirundung masalah. 

b) Pujian atas kebaikan yang telah dilakukan anak. Hal itu, akan meningkatkan rasa percaya diri anak. 

c) Kata positif yang memotivasi. Karena kata positif, akan memberikan pengaruh yang besar pembentukan karakter anak. 

d) Beri pertanyaan perhatian. 

Saat menasihati anak, apalagi untuk balita, intonasi harus benar-benar diperhatikan. Hindari nada tinggi. Selain karena tak baik untuk kestabilan emosinya, juga 

Saat menasihati anak, apalagi untuk balita, intonasi harus benar-benar diperhatikan. Hindari nada tinggi. Selain karena tak baik untuk kestabilan emosinya, marah-marah hanya akan membuat orang tua capek. Mereka belum mengerti, bukan? Selain itu, Jannati juga harus memperhatikan panjangnya kalimat. Karena jika terlalu panjang, anak juga kurang fokus dan sulit menerima informasi. 

2. Sentuhan, bisa dengan :

a) Cium kening dan pipi anak serta usap kepalanya saat akan berangkat ke sekolah. 

b) Pelukan (saat anak akan tidur, pulang dari bepergian, dan saat anak mendapatkan penghargaan). 

c) Menepuk pundak, yang bermakna “Kamu pasti bisa, Nak.”

3. Materi, seperti misalnya :

a) Saat juara kelas beri hadiah. Hal ini akan meningkatkan semangatnya untuk rajin belajar. Asal selalu mengutamakan kejujuran. Namun, jangan lupa untuk memberi pemahaman bahwa hadiah ini bonus. Agar saat beranjak dewasa nanti, semangatnya tidak kendor. Pemilihan hadiah juga harus dipertimbangkan asas manfaatnya. Agar nanti tidak mendatangkan mudhorot. 

b) Menyiapkan makanan kesukaan

c) Mentraktir makan di luar setelah anak membantu bersih-bersih di rumah. 

4. Bantuan, caranya dengan :

a) Bimbing dan ajari anak dalam mengerjakan tugas sekolah. 

b) Berikanlah bantuan tanpa diminta oleh anak. 

5. Waktu berinteraksi, misalnya dengan :

a) Mengobrol bersama dengan hangat. 

b) Naik sepeda atau jalan pagi bersama. 

c) Menonton film yang disukai anak bersama dan beri tanggapan atas pelajaran yang bisa diambil. 

Aplikasi dari kelima bahasa kasih di atas bisa disesuaikan dengan keadaan ya, Jannati. Misalkan untuk waktu berinteraksi, ternyata buah hati lebih menyukai mengobrol sambil berkebun misalnya. Ya sudah, lakukan saja. Contoh di atas bukan menjadi patokan, ya. 

Bunda Diva juga menambahkan bahwa untuk menasihati anak lelaki memang membutuhkan usaha yang lebih banyak. Pastikan si anak dalam keadaan kenyang, karena urusan perut ini sangat krusial bagi mereka. Berbeda dengan anak perempuan yang hanya membutuhkan sentuhan. 

Golden age seorang anak berlanjut hingga masa remaja. Dengan tentangan dunia yang semakin besar, orang tua hendaknya tetap memantau dan mengetahui aktivitas dan privasinya. Bukannya orang tua tidak percaya, ya, Jannati. Namun, lebih kepada menjaga dan mengarahkan anak. Mungkin mereka sudah bisa mandiri, tetapi secara mental, mereka masih butuh bimbingan orang tua. 

Setiap orang tua, tentu memiliki cara tersendiri untuk bersahabat dengan anak. Seperti yang dituturkan Bunda Liana Tunggal Dewi, ibu dari seorang putra berumur sembilan tahun. Beliau memilih lebih longgar dalam game online. Bahkan beliau juga terkadang men-top up-kan gamenya. Harapannya, dengan begitu anak akan merasa orang tuanya asyik. “Jangan sampai saya kalah seru sama gamenya. Nanti dia mencari keseruan di luar. Mending sama emaknya saja,” kata Bunda Liana. 

Menjadi orang tua harus siap belajar. Tidak hanya belajar cara mendidik anak, tetapi juga harus up to date, sehingga bisa masuk ke dunia mereka. Dengan begitu, bergaul dengan orang tua akan semakin asyik. Namun tetap harus tahu batasan antara orang tua dan anak, ya, Jannati. 

Sekian tips menjadi sahabat bagi anak kali ini, semoga bisa memberi manfaat. Aamiin. 


Kontributor : Alan Zakiya (Alumni Online Writing Class #2 dan kelas Caption Instagram #4). Bisa ditemui di blog pena zakiya. 





0 komentar :

Posting Komentar